520
|
#
|
#
|
$a PUSTAKA SAINS ISLAMI : KERUNTUHAN TEORI EVOLUSI Teori evolusi barangkali satu-satunya teori yang telah menyelusup ke segenap aspek ilmu pengetahuan. Konsepnya sendiri yang mengandung implikasi bahwa dunia ini tidaklahstatis tetapi terus berubah dan bahwa spesies kita adalah produk dari proses evolusi tak terelakkan lagi telah mengubah pandangan dan pemahaman manusia terhadap alam, dan terhadap dirinya sendiri. Karenanya, kata evolusi kemudian menjadi sangat mudah diadopsi untuk dijadikan terminologi bagi banyak cabang ilmu pengetahuan. Setelah teori evolusi organik, orang kemudian mengembangkannya menjadi evolusi kimia, evolusi sistem ekologi, evolusi perilaku, evolusi kebudayaan, evolusi alam semesta, evolusi kehidupan spiritual, dan seterusnya. Evolusi organik sendiri kemudian dikembangkan menjadi evolusi makro dan evolusi mikro. Masing-masing dengan pengertian dan batasan yang berkembang sendiri walaupun memiliki nada dan irama yang kurang lebih sama. Karena itu bicara mengenai teori evolusi harus secara spesifik menyebutkan konsep evolusi mana yang akan kita bicarakan.Para ahli biologi dengan kemampuan analisa genetik saat ini telah berhasil melakukan banyak "manipulasi " dalam skala DNA ataupun kromosom. Di samping itu, upaya kawin silang antar varietas atau ras dalam dunia tumbuhan atau hewan telah berkembang begitu maju sehingga kita kemudian melihat ada berbagai macam jenis anjing, dari yang paling kecil hingga sebesar kambing, dengan bulu yang tipis atau setebal domba, begitu juga jenis bunga-bungaan, dengan besar mahkota dan warna yang beraneka ragam, juga buah-buahan. Semua itu menunjukkan adanya beraneka variasi genetis makhluk hidup dalam satu spesies, dalam satu populasi, dalam satu "gene pool ". Darwin tidak pernah membayangkan bahwa variasi yang terjadi dalam satu spesies ternyata jauh lebih banyak, berlipat ganda dari yang diperkirakannya lewat pengamatan morfologis. Ia menyatakan bahwa populasi alam dibangun oleh tipe genetis yang lebih kurang sama, dengan sedikit sekali varian. Saat ini asumsi di atas berlawanan dengan bukti bahwa populasi alam memiliki sumber daya variasi genetik yang luar biasa banyaknya. (Ayala, 1978) Dengan penemuan di atas, banyak ahli menganggap terjadinya variasi genetis seperti itu dalam skala mikro merupakan dukungan terhadap terjadinya proses evolusi dalam skala makro, karena meng-anggap pola-pola jangka panjang dan sifat alami dan keanekaragaman makhluk hidup yang ada saat ini secara sederhana adalah merupakan hasil kumulatif dari proses-proses yang dapat diamati dalam skala singkat. Pendapat di atas bukan tanpa tantangan, dan inilah dinamisnya dunia ilmiah barangkali, banyak juga yang berpendapat bahwa konsepevolusi makro dan konsep evolusi mikro adalah dua hal yang berbeda (Alexander, 1979). Secara sederhana memang belum terbukti bahwa evolusi mikro ini akan mengarah ke evolusi makro. Loncatan spesies dalam skala populasi di alam dengan mekanisme seleksi alam masihtetap tinggal sebagai teori. Darwin juga sadar bahwa jika teori evolusinya ini benar-benar terjadi di alam, harus mampu menjelaskan kesempurnaanyang tampak dari organisme dan tidak semata-mata sebagai variasi belaka. Darwin beranggapan bahwa variasi yang terjadi pada makhluk hidup merupakan fenomena transien (sementara), karena makhluk hidup beradaptasi dengan lingkungannya. Menurutnya, kebanyakan modifikasi di alam bersifatmerugikan, dan karena itu individu yang termodifikasi ini akan segera punah melalui mekanisme seleksi alam. Sebaliknya, bila ada modifikasi yang menguntungkary suatu peristiwa yang jarang terjadi, individu yang termodifikasi ini akan lulus hidup dan berreproduksi. Akibatnya mereka akan secara gradual tersebar ke segenap populasi dari generasi ke generasi sehingga pada akhirnya menggantikan tipe yang semula dominan.Di samping itu proses perubahan jenis dalam satu spesies pun ternyata tidak linear dan juga tidak deterministik. Terbukti ada mekanisme di alam yang mengatur terpeliharanya komposisi gen dalam suatu populasi, sehingga menyebabkan gen yang resesif dapat bertahandari masa ke masa melalui mekanisme "heterozygote adaantage. " Contoh-contoh tak berbantah adalah seperti mekanisme pemeliharaan gen resesif "sickle cell anaemia " yang ternyata memiliki keunggulan dalam daya tahan terhadap penyakit malaria tropis dibandingkan dengan sel darah normal yang dominan, ini menyebabkan gen resesif tersebut tetap ada dalam populasi, diturunkan dari generasi ke generasi (kasus di Afrika). Bahkan komposisi gen yang sedikit dalam suatu populasi ternyata membawa "keunggulan ": menyebabkarurya tidak tereliminir dari populasi, bahkan secara gradual dapat menjadi dominan, menggantikan jenis semula, melalui mekanisme yang dikenal sebagai "seleksi tergantung frekuensi ". Contoh yang terkenal adalah pada jenis siput pantai dengan pola garis cangkang berbeda, terbukti pola yang sedikit dapat bertahan hidup di tengah pola yang dominan karena burung-burung memakan siput dengan pola cangkang yang dominan. Pada saatnya pola yang tadinya sedikit kemudianmenjadi dominan (karena yang tadinya sedikit kehidupan manusia dipergilirkan oleh Allah Swt sebagaimana firman-Nya "dan masa itu dipergilirkan di antara m& Keruntuhan Teori Evolusi nusia., " tampaknya demikian pula halnya yang terjadi pada populasi makhluk lain. Paling tidak, ada sepuluh faktor yang menyebabkan kondisi populasi dalam keadaan nyaris terus seimbang pada setiap masa dan ini menjadi ganjalan paling besar (secara ilmiah) dari kebenaran teori Darwin. Dapat kita ungkapkan di sinil. spatial clines, temporal clines, heterozygous adrrantnge, sexuality and self-incompatibility factors, sex differences in genotypic fitness, mutation-selection balance, host-pathogen interactions, non-Darwin in selection (yakni frequ ency-dependent selection), non-Mendelian inheritsnce dan neutral genes. Terjadinya faktor-faktor di atas menunjukkan bahwa "evolusi " tidak mungkin terjadi dalam skala waktu yang dapat dipahami manusia (Haldane, 1954 Mayo 1983), di samping peluanq terjadinva perubahan alami vang menyangkut skala populasisangatlah kecil. Akibatnya proses spesiasi (pembentukan spesies baru) berlangsung dalam skala waktu yang kelambatannya di luar jangkauan berpikir manusia. Menyadari hal ini, ilmuwan bukannya mencari alternatif bagi teori evolusi tetapi cenderung menyederhanakan permasalahan dalam bahasa "ilmiah "-nya dan mencari alasan untuk menangkis segala hal yang akan meruntuhkan teori evolusi. Teori evolusi kokoh bukan karena dukungan fakta ilmiah tetapi lebih oleh kefanatikan para ilmuwan penyokongnya dan kelihaian mereka dalam memutarbalikkan fakta-fakta ilmiah. Berkaitan dengan proses adaptasi dengan lingkungan, Darwin sendiri sebenarnya mengakui secara jujur akan kelemahan teorinya. Darwin sadar bahwa kesempurnaan dan komplikasi yang luar biasa dari organ-organ adalah merupakan " critical test case " untuk teorinya. Lewontin (1978), profesor zoologi pada Harvard University dan profesor ilmu populasi pada Harvard School of Public Health menulis kemusykilan terjadinya bentuk dan adaptasi yang luar biasa pada makhluk hidup sebagai semata berasal dari multiplikasi dan diversifikasi pada makhluk hidup, ia sampai pada kesimpulan bahwa mestilah ini merupakan hasil kerja yang saksama dan bernilai seni teramat tinggi, bukti adanya suatu " Supreme Designer ". Salah satu postulat Darwin adalah bahwa organisme yang serupa berkerabat dan berasal dari satu induk yang sama. Seluruh mamalia, menurutnya, berasal dari satu spesies tunggal, seluruh serangga memiliki induk yang sama, dan begitu pula seluruh organisme dari kelompok yang lain. Bahkan menurutnya, seluruh makhluk hidup dapat ditelusuri berasal dari satu kehidupan awal. Pengikutsertaan manusia dalam postulat Darwin sebagai keturunan yang berasal dari satu jenis mamalia induk bagi banyak orang dianggap sebagai "unforgiaable insult to human race " (Mayr,1978). Bagi banyak kalangan agamawan, konsep Darwin yang mengikutsertakan manusia di dalamnya juga dianggap merupakan penghinaan terhadap ajaran mereka yang menyatakan bahwa manusia diciptakan Tuhan secara spesifik, terpisah dan tidak terkait dengan kejadian makhluk lain. Pendapat yang menyatakan manusia sebagai bagian dari evolusi organik tak syak lagi masih merupakan spekulasi dan perdebatan sengit di antara para ilmuwan, terutama dalam bidang biologi, paleontologi, atau lebih tepat lagi antara "evolusionis,, dengan, kreasionis Konsep GAIA dari John Lovelock (1988) misalnya, bahwa bumi adalah sesuatu yang hidup (living organism), akan membawa perspektif baru bagi para irmu-wan dalam melihat alam, proses interaksi antara makhluk dengan lingkungannya. Ini pada gilirannya kerak akan mempertanyaka, keabsahan konsep adaptasi yang merupakan konsekuensi logis dari konsep seleksi alamnya teori evolusi. Pertanyaan mengenai apakah manusia merupakan produk dari proses evolusi ataukah "diciptakan " (tanpa proses evolusi , menurut Alija Ali Izetbegovic (1985) sebenarnya mesti berangkat dari pertanyaan: siapakah manusia? Apakah dia merupakan bagian dari dunia ataukah sesuatu yang berbeda dari dunia?Arija melihat permasalahan ini dari sudut psikologi. Menurutnya manusia memilikirasa "seni " yang membuatnya berbeda dari makhruk lain. sains mungkin dapat melukis dunia dengan detail, tetapi gagal menangkap dimensi hakiki dari realitas. pengetahuan mengenai manusia adalah mungkin hanya jika manusia itu merupakan bagian dari dunia atau produk dari dunia. Namun ini tidak terjadi jika ia berbeda dari alam, jika manusia itu adalah makhluk yang di dalamnya, jika dia adalah suatu kepribadian. Manusia bukan hasil penjumlahan fungsi_fungsi biologi sebagaimana lukisan tidak dapat dikurangi nilainya denganjumlah cat yang digunakanya atau puisi dengan kata_katanya. Benar bahwa sebuah masjid dibangun dari sejumrah tertentu batu-batuary kayu dan sebagainya tetapi ini bukan gambaran masjid yang sebenarnya. Pada akhirnya ada perbedaan antara masjid dengan barak militer. sebuah puisi tidak sama dengan sebuah kamus. "A dictionary is exact butsenseless, a poem has meaning and unottainabre essence " .Fosil, morforogi danpsikologi menggambarkan hanya bagian ruar dari manusia. Manusia lebih seperti sebuah lukisan, sebuah masjid atau sebuah puisi, bukan sejumlah atau beberapa materi pembangunnya. "Man is more than all the essence together can say abouthim, Manusia tidak berperilaku sebagai "anak alam,,tetapi lebih sebagai " orang asing " di dalamnya. perasaan dasarnya adalah takut, tetapi bukan ketakutan biologis sebagaimana yang diarami binatang. "It is a spiritual, cosmic and primeaar fear bound. to se*ets and riddres "oy hr*one-xistence ". Hei-degger menyebutnya "eterncrr and timeress determinant of human existence ". Rasa takut ini bercampur dengan rasa ingin tahu, kagum, pengharapan, perasaan-perasaan yang mungkin merupakan dasar dari budaya dan seni kita. ReaksiĀ itu yanitidak memadai terhadap dunia ini, sebagaiman a, yangdiekspresikan dalam agama danseni adalah merupakan penyangkalan dari konsep ilmiah mengenai manusia. Jelas, manusia tidak bereaksi terhadap dunia sekitarnya dengan cara Darwin. Selama era zoologi, sebelum era manusia, tak ada tanda apa pun akan datangnya periode kebudayaan dan etika primitif. nantan Jiti kita bayangkan periode ini diperpanjang secara tak terbatas, kebudayaan tetaptak mungkin terjelma. Evolusi hewan tidak menuju ke arah kesempurnaan fisik dan intelektual. Dan dari sana ke arah "super-intelligence " dan " super - animal ", kearah supermannya Nietzshe. Jika, sup r - animal, dilahirkan dari proses evolusi maka dia akan menjadi makhluk tanpa "inner life ", tanpakemanusiaan, tanpa drama, tanpa karakter, tanpa perasaan....Teori evolusi memang tampak indah dan sepertinya memberikan penjelasan yang mudah mengapa berbagai jenis makhluk memiliki struktur dan bahkan fungsi yang mirip satu sama rain. Tetapi semakin digali dengan kaca mata yang paling objektif, manusia akan semakin yakin, betapa sukar dan tak mungkinnya menarik garis yang meyakinkan bahwa teori itu benar dan merupakan fakta. Bahkan orang semakin ragu dengan hipotesa dan kesimpulan yang telah dibuatnya dahulu. Buku dari HARUN YAHYA ini telah membedah secara komprehesif teori evolusi dengan menggunakan pisau analitis ilmu pengetahuan modern itu sendiri. Secara gamblang dipaparkan bahwa bukti-bukti penemuan ilmiah modern saat ini telah menunjukkan secara telak bahwa teori evolusi tak lebih dari sebuah kebohongan besar yang direkayasa Darwin dan dipertahankan mati-matian oleh para pemberanya dengan bungkus keilmiahan. Kebohongan, kepalsuary penipuan-penipuan, pemutarbalikan interpretasi atas banyak fakta-fakta ilmiah, telah dilakukan para pendukung teori ini, yang ingin menegaskan dan mengokohkan paradigma sekularisme dan ateisme dalam dunia ilmiah. iwn
|