Cite This        Tampung        Export Record
Judul Islam, Teologi Pembebasan Dan Kesetaraan Gender : Studi Atas Pemikiran Asghar Ali Engineer
Pengarang Nuryanto, Agus
Penerbitan Yogyakarta : UII Press, 2001
Deskripsi Fisik 105 hlm. ;20,5 cm.
ISBN 979-8413-64-4
Subjek Teologi Islam
Abstrak ISLAM, TEOLOGI PEMBEBASAN DAN KESETARAAN GENDERKontekstualisasi Teologi Islam dalam Wacana Kontemporer, alam diskursus ilmu-ilmu sosial dan kealaman, ada istilah populer yang disebut shifiing paradigma (pergeseran paradigma). Bergesernya paradigma dari yang lama ke yang baru, sangat mungkin dan suatu keniscayaan. Biasanya paradigma lama tumbang karena munculnya anomalia-anomali di dalam dirinya dan paradigma baru muncul sebagai revisi atas paradigma sebelumnya. Lantas, apakah dalam diskursus pemikiran Islam juga senantiasa terjadi shifiing paradi gm, sebagaimana dalam ilmu-ilmu sosial dan kealaman ? Tampaknya dalam diskursus keislaman (pasca-zaman klasik Islam) belum terjadi shifiing paradigma. Hal ini paling tidak dapat dibuktikan dengan adanya suatu fakta bahwa pemikiran-pemikiran Islam yang mendominasi dan menjadi mainstream umat Islam hingga abad 21 ini tak lain adalah produk instant dari zaman klasik Islam. Menurut Arkoun (Ulumul Qur-an, 1994), pemikiran-pemikiran Islam teks-teks hermeneutik yang begitu
Bahasa Indonesia
Bentuk Karya Bukan fiksi atau tidak didefinisikan
Target Pembaca Umum

 
No Barcode No. Panggil Akses Lokasi Ketersediaan
025394 297.04 NUR i Dapat dipinjam PUSLING Kota Metro - Perpustakaan Keliling Tersedia
pesan
025395 297.04 NUR i Dapat dipinjam DISPUSARDA Kota Metro - Ruang Koleksi Umum Tersedia
pesan
025397 297.04 NUR i Dapat dipinjam DISPUSARDA Kota Metro - Ruang Koleksi Umum Tersedia
pesan
Tag Ind1 Ind2 Isi
001 INLIS000000000003176
005 20211115100323
008 211115################g##########0#ind##
020 # # $a 979-8413-64-4
035 # # $a 0010-0621002776
082 # # $a 297.04
084 # # $a 297.04 NUR i
100 1 # $a Nuryanto, Agus
245 1 # $a Islam, Teologi Pembebasan Dan Kesetaraan Gender : $b Studi Atas Pemikiran Asghar Ali Engineer
260 # # $a Yogyakarta :$b UII Press,$c 2001
300 # # $a 105 hlm. ; $c 20,5 cm.
520 # # $a ISLAM, TEOLOGI PEMBEBASAN DAN KESETARAAN GENDERKontekstualisasi Teologi Islam dalam Wacana Kontemporer, alam diskursus ilmu-ilmu sosial dan kealaman, ada istilah populer yang disebut shifiing paradigma (pergeseran paradigma). Bergesernya paradigma dari yang lama ke yang baru, sangat mungkin dan suatu keniscayaan. Biasanya paradigma lama tumbang karena munculnya anomalia-anomali di dalam dirinya dan paradigma baru muncul sebagai revisi atas paradigma sebelumnya. Lantas, apakah dalam diskursus pemikiran Islam juga senantiasa terjadi shifiing paradi gm, sebagaimana dalam ilmu-ilmu sosial dan kealaman ? Tampaknya dalam diskursus keislaman (pasca-zaman klasik Islam) belum terjadi shifiing paradigma. Hal ini paling tidak dapat dibuktikan dengan adanya suatu fakta bahwa pemikiran-pemikiran Islam yang mendominasi dan menjadi mainstream umat Islam hingga abad 21 ini tak lain adalah produk instant dari zaman klasik Islam. Menurut Arkoun (Ulumul Qur-an, 1994), pemikiran-pemikiran Islam teks-teks hermeneutik yang begitu banyak dan beragam yang dihasilkan oleh zaman klasik Islam tersebut telah membentuk lapisan geologis yang cenderung mengaburkan umat Islam zaman ini untuk melihat Al Qur-an (teks pembentuk) yang masih Islam, Teologi pembebasan dan Kesetaraaa Gender genueine dan menampakkan corak aslinya yang ambigu. Belum terjadi shifiing paradigma ini menarik untuk disimak, mengingat dua hal : Pertama, bila dicermati, realitas umat Islam saat ini jauh berbeda dengan realitas umat Islam zaman ketika formulasi pemikiran Islam klasik tersebut dirumuskan. Hal ini dikarenakan intelektualitas manusia itu berkembang dari masa ke masa. Seiring dengan perkembangan intelektualitas manusia, maka persoalan-persoalan yang munculpun kian kompleks. Karena konteks zaman, ruang dan waktu yang berbeda, tidak menutup kemungkinan jika warisan klasik tersebut mengandung anomali-anomali bila dihadapkan pada realitas kontemporer. Kedua, harus disadari bahwa pemikiran-pemikiran Islam klasik tersebut termasuk dalam wilayah historis agama, dan bukan termasuk dalam wilayah nonnatifitas agama. Hal ini disebabkan karena pemikiran Islam itu tidak lain dan tidak bukan adalah merupakan ekspresi keberagaman manusia muslim pada era penggal sejarah tertentu, sehingga dengan demikian dapat disebut pula sebagai usaha interpretasi generasi muslim tertentu terhadap teks pembentuk dan karenanya termasuk dalam wilayah budaya. Distingsi ini penting, agar kita tidak terburu-buru mencampuradukkan antara normative dengan yang histories. Ketidakmampuan dalam membedakan antara dua entitas ini dapat mengakibatkan orang mensakralisasikan sesuatu yang sebenarnya profan. Dengan asumsi dasar di atas, maka kita dapat mengatakan bahwa apa yang dihasilkan oleh warisan klasik Islam itu tidaklah melulu benar, dan karenannya menjadi absah untuk didekonstruksi dan direvisi. Dengan konstatasi ini pula maka menjadi sangat mungkin bagi generasi Islam zaman ini untukmelakukan kritik epistemologis atas rancang bangun pemikiran Islam klasik tersebut. Episteme dalam wacanil filsafat post-modernisme berarti semacam sistem-sistem pemikiran yang dominan pada setiap fase tertentu. Dengan demikian, apa yang dimaksud dengan kritik epistemologis di sini adalah melalatkan dekonstruksi di atas pemikiran Islam klasik yang dianggap tidak kompatibel bila dikaitkan dengan mengikuti dan kemudian merekonstruksi dengan suatu pemikiran Islam yang baru, segar dan dinamis yang mampu berdialog dengan persoalan-persoalan kontemporer kemanusiaan dewasa ini. Selamat membaca.(libra)
650 # 4 $a Teologi Islam
990 # # $a 025393
990 # # $a 025394
990 # # $a 025395
990 # # $a 025396
990 # # $a 025397
Content Unduh katalog