Cite This        Tampung        Export Record
Judul Ketika Nurani Bicara
Pengarang Thomas, Rick
M. Cholil Bisri
Penerbitan Jakarta : Erlangga, 2000
Deskripsi Fisik 24 hlm. ;24 cm.
ISBN 978-979-015-475-9
Subjek Islam
Sosial
Abstrak KETIKA NURANI BICARA. Anda mungkin pernah mendengar pemeo "Besok yang dimakan apa? " dan "Besok yang dimakan siapa? " Kedua ungkapan yang terkesan sederhana itu, sebenarnya memiliki kedalaman makna. Keduanya munculdari suatu proses pergulatan hati nurani. Di dalamnya tersirat sejarah kemanusiaan: pertentangan antara hak dan batil, antara keadilan dan kezaliman. Ketika seseorang berkata, "Besok yang dimakan apa? "ketahuilah, itu adalah isyarat akan keadaan hidup yang terpinggirkan bahkan dipinggirkan. Para mustadh afin, orang-orang tertindas, kaum fakir miskin, anak-anak yatim, "para abid " yang terpaksa menerima gaji teramat rendah, dan wong cilik lainnya sangat akrab dengan ungkapan yang pertama. Mereka adalah orang-orang yang dikalahkan. Mereka adalah korban kekelaman hati nurani para petinggi negeri dan kaum borju yang kesombongannya seperti setan,keserakahannya bagaikan Qarun, kezalimannya laksana Fir aun. Mereka adalah tumbal orang-orang yang teriakan hati nuraninya terkalahkan oleh bisikan kerakusannya:
Bahasa Tidak tersedia
Bentuk Karya Bukan fiksi atau tidak didefinisikan
Target Pembaca Tidak diketahui / tidak ditentukan

 
No Barcode No. Panggil Akses Lokasi Ketersediaan
040757 297.27 THO k Dapat dipinjam DISPUSARDA Kota Metro - Ruang Koleksi Umum Tersedia
pesan
Tag Ind1 Ind2 Isi
001 INLIS000000000000225
005 20220712103526
008 220712###########################0######
020 # # $a 978-979-015-475-9
035 # # $a 0010-0521000225
082 # # $a 10/23/00 6:28
084 # # $a 297.27 THO k
100 # # $a Thomas, Rick
245 1 # $a Ketika Nurani Bicara
260 # # $a Jakarta :$b Erlangga,$c 2000
300 # # $a 24 hlm. ; $c 24 cm.
520 # # $a KETIKA NURANI BICARA. Anda mungkin pernah mendengar pemeo "Besok yang dimakan apa? " dan "Besok yang dimakan siapa? " Kedua ungkapan yang terkesan sederhana itu, sebenarnya memiliki kedalaman makna. Keduanya munculdari suatu proses pergulatan hati nurani. Di dalamnya tersirat sejarah kemanusiaan: pertentangan antara hak dan batil, antara keadilan dan kezaliman. Ketika seseorang berkata, "Besok yang dimakan apa? "ketahuilah, itu adalah isyarat akan keadaan hidup yang terpinggirkan bahkan dipinggirkan. Para mustadh afin, orang-orang tertindas, kaum fakir miskin, anak-anak yatim, "para abid " yang terpaksa menerima gaji teramat rendah, dan wong cilik lainnya sangat akrab dengan ungkapan yang pertama. Mereka adalah orang-orang yang dikalahkan. Mereka adalah korban kekelaman hati nurani para petinggi negeri dan kaum borju yang kesombongannya seperti setan,keserakahannya bagaikan Qarun, kezalimannya laksana Fir aun. Mereka adalah tumbal orang-orang yang teriakan hati nuraninya terkalahkan oleh bisikan kerakusannya: "Besok yang dimakan siapa? "Jeritan pilu mereka yang kerap dianggap belum jadi manusia bahkan bukan manusia itu, digaungkan penulis buku ini secara menyejukkan. Sikap berontaknya terhadap kepongahan, keangkuhan, ketakpedulian, bahkan kelaliman para gegeden negeri ini pun terekam bijak dalam tulisannya di buku ini. Penulis juga menawarkan solusi untuk menghaluskan hati nurani melalui tulisan-tulisannya seputar penghambaan, Ramadan, Lailatul Qadar, dan lain-lain. Mengenai NU, tak sedikit substansi tulisannya yang sangat kritis. Hati nurani ke-Nu-an kaum nahdliyyin bahkan dipertanyakannya. Namun, sanggupkah dia mempertanyakan hati nurani seorang penghulu kaum nahdliyyin, Gus Dur, yang kini menjadi Presiden? Adakah jawabannya dalam buku ini?
600 # 4 $a Sosial
650 # 4 $a Islam
700 0 # $a M. Cholil Bisri
990 # # $a 040757
990 # # $a 040758
990 # # $a 040852
Content Unduh katalog