Judul | Pergulatan Tanpa Henti : Pahit Getir Merintis Demokrasi |
Pengarang | Nasution, Adnan Buyung |
Penerbitan | Jakarta : Aksara Karunia, 2004 |
Deskripsi Fisik | 563 hlm. ;21 cm. |
ISBN | 979-97903-8-7 |
Subjek | Biografi Adnan Buyung |
Abstrak | Pergantian dari Orde Baru ke Era Reformasi membuat Adnan Buyung Nasution dan rekan-rekannya sibuk membenahi tatanan hukum, hak asasi manusia, dan demokrasi yang morat-marit selama pemerintahan Orde Lama dan Orde Baru. Terpilih masuk "Tim Sebelas " yang independen untuk membentuk Komisi Pemilihan Umum (KPU), membawanya menjadi Wakil Ketusa KPU. Di markas KPU Buyung merasakan pahit getir memberikan pendidikan demokrasi kepada lingkungannya yang teras dimulai dari nol. KPU yang akan meluncurkan produk pertama reformasi di bidang politik malah dijadikan ajang cari duit dan sikut-sikutan. Di negara yang puluhan tahun terbiasa berada dalam cengkraman penguasa tiran, upaya menegakkan kebenaran dan keadilan dianggap kontroversi bahkan "dosa besar ". Pembelaan Buyung terhadap para perwira TNI yang dituduh melanggar HAM di Tim-Tim, para konglomerat pengguna BLBI yang sudah setuju menyelesaikan kasusnya melalui MSAA, sampai Abu Bakar Baasyir yang didakwa teroris, menangguk kecaman dari berbagai pihak. Namun Buyung menga |
Bahasa | Indonesia |
Bentuk Karya | Bukan fiksi atau tidak didefinisikan |
Target Pembaca | Umum |
No Barcode | No. Panggil | Akses | Lokasi | Ketersediaan |
---|---|---|---|---|
044367 | 928 NAS p | Dapat dipinjam | DISPUSARDA Kota Metro - Ruang Koleksi Umum | Tersedia
pesan |
Tag | Ind1 | Ind2 | Isi |
001 | INLIS000000000013278 | ||
005 | 20220119031134 | ||
008 | 220119################g##########0#ind## | ||
020 | # | # | $a 979-97903-8-7 |
035 | # | # | $a 0010-0821000357 |
082 | # | # | $a 928 |
084 | # | # | $a 928 NAS p |
100 | 1 | # | $a Nasution, Adnan Buyung |
245 | 1 | # | $a Pergulatan Tanpa Henti : $b Pahit Getir Merintis Demokrasi |
260 | # | # | $a Jakarta :$b Aksara Karunia,$c 2004 |
300 | # | # | $a 563 hlm. ; $c 21 cm. |
520 | # | # | $a Pergantian dari Orde Baru ke Era Reformasi membuat Adnan Buyung Nasution dan rekan-rekannya sibuk membenahi tatanan hukum, hak asasi manusia, dan demokrasi yang morat-marit selama pemerintahan Orde Lama dan Orde Baru. Terpilih masuk "Tim Sebelas " yang independen untuk membentuk Komisi Pemilihan Umum (KPU), membawanya menjadi Wakil Ketusa KPU. Di markas KPU Buyung merasakan pahit getir memberikan pendidikan demokrasi kepada lingkungannya yang teras dimulai dari nol. KPU yang akan meluncurkan produk pertama reformasi di bidang politik malah dijadikan ajang cari duit dan sikut-sikutan. Di negara yang puluhan tahun terbiasa berada dalam cengkraman penguasa tiran, upaya menegakkan kebenaran dan keadilan dianggap kontroversi bahkan "dosa besar ". Pembelaan Buyung terhadap para perwira TNI yang dituduh melanggar HAM di Tim-Tim, para konglomerat pengguna BLBI yang sudah setuju menyelesaikan kasusnya melalui MSAA, sampai Abu Bakar Baasyir yang didakwa teroris, menangguk kecaman dari berbagai pihak. Namun Buyung mengayun langkahnya sebagai demokrat sejati yang berpegang teguh pada falsafah Voltaire We disagree each other, but I will protect your right to disagree with me. " Tak heran Buyung bersedia membela tentara yang merupakan lawan politik yang menzaliminya selama ini. Pergulatan hidup Buyung mengejar nilai-nilai negara demokrasi, tegaknay hukum dengan roh keadilan, penghormatan terhadap hak asasi manusia, ibarat berjuang menghadapi badia dan karang. Buyung menyadari bahwa tanpa mempunyai istri, Ria, tak mungkin ia mampu berjuang terus menerus tanpa henti. |
650 | # | 4 | $a Biografi Adnan Buyung |
990 | # | # | $a 044367 |
990 | # | # | $a 15780 |
Content Unduh katalog