Cite This        Tampung        Export Record
Judul Skandal Seks Sebagai Simbol
Pengarang Gunawan, Fx.rudy
Penerbitan Jakarta : Grasindo, 2000
Deskripsi Fisik 163 hlm. ;21 cm.
ISBN 979-669-9695-5
Subjek Politik
Aspek Psikologi
Ilmu
Abstrak SKANDAL SEKS SEBAGAI SIMBOL.,. Kepuasan seorang lelaki saat dilayani secara oral (fellatio),menurut seorang pelacur high class yang pernah diwawancarai majalah Cosmopolitan, adalah merasakan dominasi total terhadap lautan jenisnya. Ini masuk akal. lni bisa kita lihat dengan mudah di film-film biru. Pada ekspresi aktor-aktor lelakinya yang menyeringai buas sambil mencengkeram rambut lawan mainnya. pada ekspresi tersebut, jelas fantasi atau obsesi pada kekerasan hanya dipisahkan oleh selembar selaput tipis saja. Setiap saat seseorang bisa tergelincir ke dalamnya dengan mudah. Begitu seseorang tergelincir maka dengan mudah juga ia terperangkap di dalamnya, dalam realitas yang dibangun berdasarkan fantasi dan obsesinya tersebut. Atau, bila dilihat lebih ke dalam lagi, dasarnya mungkin bisa juga trauma- trauma masa lalu yang penuh kekerasan .... DIAGNOSIS. seks dan kekerasan dalam pemerintahan rezim orde Baru mencapai klimaksnya menj elang rezim itu tumbang, tepatnya dalam peristiwa tragis 13-15 Mei 1998. Sebuah t
Bahasa Indonesia
Bentuk Karya Bukan fiksi atau tidak didefinisikan
Target Pembaca Umum

 
No Barcode No. Panggil Akses Lokasi Ketersediaan
018809 320.09 GUN s Dapat dipinjam DISPUSARDA Kota Metro - Ruang Koleksi Umum Tersedia
pesan
018812 320.09 GUN s Dapat dipinjam DISPUSARDA Kota Metro - Ruang Koleksi Umum Tersedia
pesan
Tag Ind1 Ind2 Isi
001 INLIS000000000001080
005 20220607025104
008 220607################g##########0#ind##
020 # # $a 979-669-9695-5
035 # # $a 0010-0621000680
082 # # $a 320.09
084 # # $a 320.09 GUN s
100 1 # $a Gunawan, Fx.rudy
245 1 # $a Skandal Seks Sebagai Simbol
260 # # $a Jakarta :$b Grasindo,$c 2000
300 # # $a 163 hlm. ; $c 21 cm.
520 # # $a SKANDAL SEKS SEBAGAI SIMBOL.,. Kepuasan seorang lelaki saat dilayani secara oral (fellatio),menurut seorang pelacur high class yang pernah diwawancarai majalah Cosmopolitan, adalah merasakan dominasi total terhadap lautan jenisnya. Ini masuk akal. lni bisa kita lihat dengan mudah di film-film biru. Pada ekspresi aktor-aktor lelakinya yang menyeringai buas sambil mencengkeram rambut lawan mainnya. pada ekspresi tersebut, jelas fantasi atau obsesi pada kekerasan hanya dipisahkan oleh selembar selaput tipis saja. Setiap saat seseorang bisa tergelincir ke dalamnya dengan mudah. Begitu seseorang tergelincir maka dengan mudah juga ia terperangkap di dalamnya, dalam realitas yang dibangun berdasarkan fantasi dan obsesinya tersebut. Atau, bila dilihat lebih ke dalam lagi, dasarnya mungkin bisa juga trauma- trauma masa lalu yang penuh kekerasan .... DIAGNOSIS. seks dan kekerasan dalam pemerintahan rezim orde Baru mencapai klimaksnya menj elang rezim itu tumbang, tepatnya dalam peristiwa tragis 13-15 Mei 1998. Sebuah tragedi yang masih gelap sampai saat ini, karena belum lagi kita sempat keluar dari ketakutan dan trauma yang diakibatkannya, peristiwa-peristiwa kekerasan lain yangtak kalah ngerinya sudah susul-menyusul terjadi. Semuanya lantas menjadi sia-sia. Kekerasan menghancurkan segalanya. Menghancurkan gedung-gedung, menghanguskan rumah- rumah, meledakkan mobil-mobil, melumatkan tubuh-tubuh meluluh lantakkan harapan dan akhirnya membunuh kepercayaan kita pada kehidupan.`Kita sedang meniti jalan kegelapan saat ini,` ujar seorang paranormal dengan getir. Sepertinya memang begitulah yang terjadi. tragedi Ambon yang meletup persis di hari Lebaran tahun 1999, barangkali adalah semacam isyarat, semacam tanda-tanda`jalan kegelapan` tersebut. Krisis ekonomi yang terus berkepanjangan, juga semakin memurukkan kita pada situasi-situasi eksplosif. Kita bisa meledak setiap saat.Akar dari semua ini adalah politik Orde Baru selama 32 tahun berkuasa yang bahkan sampai Pemerintahan Habibie pun masih meninggalkan pengaruh besar. Soeharto dan kroninya, Soeharto dan ismenya, jelas masih mencengkeram tatanan kehidupan sosial-politik kita saat ini. Reformasi belum mengubah wajah masyarakat Indonesia. Meskipun perpindahan kekuasaan secara politis memang telah terjadi, warisan kekuasaan Orde Baru tetap masih bercokol lewat media-media institusional yang baru. Keadaannya menjadi lebih buruk karena terbukanya katup represi, membuat setiap orang, setiap kelompok, berlomba-lomba unjuk gigi untuk merebut kekuasaan sementara hampir semua politisi yang ada adalah politisi didikan Orde Baru. Politisi yang tidak segan-segan mengobarkan kerusuhan untuk mencapai ambisinya pada kekuasaan. Politisi yang akrab dengan bahasa dan tradisi kekerasan. Politisi yang gairah seksualnya terpacu oleh pembunuhan. Oleh tubuh-tubuh yang bergelimpangan diterjang peluru, oleh tubuh-tubuh hangus terpanggang dalam kobaran api yang memusnahkan segalanya. Saya pikir, inilah cara paling sederhana untuk mendefinisikan manusia macam apa gerangan para politisi yang melakukan pembantaian melalui berbagai peristiwa kerusuhan. Di negara-negara maju, parapolitisi semacam ini bisa kita temukan dengan mudah di film-film bikinan Hollywood. Seorang senator, entah di film apa, menyetubuhi seorang perempuan cantik sambil membungkus kepala peremPuan itu dengan sebuah plastik hingga-bersamaan dengan orgasme yang dicapainya - peremPuan itu mati kehabisan napas setelah sebelumnya berkelojotan sePerti ayam disembelih. Ini salah satu contoh yang saya ingat, meski judul filmnya sendiri sudah tidak saya ingat lagi. Mengerikan. Untung Bitl Clinton cuma doyan oral seks saja sehingga ia bisa lolos dari bahaya impeachment. Tetapi, oral seks pun sebenarnya adalah bentuk halus dari ekspresi kekuasaan seseorang terhadap lawan jenisnya. Kepuasan seorang lelaki saat dilayani secara oral (fellatio), menurut seorang pelacur high class yang pernah diwawancarai majalah Cosmopolitan, adalah merasakan dominasi total terhadap lawan jenisnya. Ini masuk akal. Ini bisa kita lihat dengan mudah di film-film biru. Pada ekspresi aktor-aktor lelakinya yang menyeringai buas sambil mencengkeram rambut lawan mainnya. Pada ekspresi tersebut, jelas fantasi atau obsesi pada kekerasan hanya dipisahkan oleh selembar selaput tipis saja. Setiap saat seseorang bisa tergelincir ke dalamnya dengan mudah. Begitu seseorang tergelincir maka dengan mudah juga ia terperangkap di dalamnya, dalam realitas yang dibangun berdasarkan fantasi dan obsesinya,tersebut. Atau bila dilihat lebih ke dalam lagi, dasarnya mungkin bisa juga trauma-trauma masa lalu yang penuh kekerasan.Trauma-trauma kekerasan masa lalu seperti yang dibangun oleh rezim Orde Baru sebagai dasar status quo kekuasaannya dalam menghadapi masyarakat. Kekerasan juga menjadi pilihan gampang untuk solusi persoalan-Persoalan sosial- politik yang dihadapi Orde Baru, yang sebenarnya lebih merupakan gejolak alamiah yang sangat normal dari sebuah masyarakat berkembang seperti Indonesia. Contoh-contoh kasus seperti Aceh, Lampung, Tanjung Priok, Timor Timur yang terjadi di awal tahun 80-an, sampai kasus-kasus kekerasan yang terjadi di era reformasi, adalah bukti yata betapa kekerasan telah menjadi penyakit kultural kronis yang disebarkan Orde Baru. Saking kronisnya, penyakit ini akhirnya melahirkan perilaku-perilaku psikopat seperti yang terjadi dalam Peristiwa 13-15 Mei 1998. Melahirkan perilaku-perilaku sadomasochis dalam berbagai bentuk dan variasinya. Apa yang dilakukan rezim Orde Baru, secara seksual memang jelas merupakan perilaku sadomasochis yang kronis digabung pula dengan muatan pedophilia di dalamnya. Ini bila kita melihat bagaimana anak-anak muda kritis di negeri ini diburu, diculik, dan disiksa habis-habisan. Banyak di antaranya kini mungkin sudah mati. Mengerikan. Kata-kata pun kehilangan maknanya. Tak bisa lagi melukiskan kebejatan perilaku tersebut. Teori-teori tentang jiwa manusia, tentang eksistensi manusia, paling hanya bisa menjelaskan bahwa kita - manusia - memang punya potensi untuk menjadi seperti itu, tetapi ini tak cukup memadai sebagai penjelasan. Apalagi jawaban. By - Epy
650 # 4 $a Aspek Psikologi
650 # 4 $a Ilmu
650 # 4 $a Politik
990 # # $a 018808
990 # # $a 018809
990 # # $a 018810
990 # # $a 018811
990 # # $a 018812
990 # # $a 05257
Content Unduh katalog