03932 2200253 4500001002100000005001500021035002000036008004100056245006000097100002500157260004300182300002300225020001800248084002000266520329700286082001403583650001203597600001403609990001103623990001103634990001103645990001103656990001103667INLIS00000000000094420211124024207 a0010-0621000544211124 0 1 aMembangun Industri Benih Dalam Era Agribisnis Indonesia1 aSadjad, Ayam Sae`aed aJakarta :bGramedia Widiasarana,c1997 a164 hlm. ;c21 cm. a979-669-111-6 a338.159.8 SAD m aMEMBANGUN INDUSTRI BENIH DALAM ERA AGRIBISNIS INDONESIABenih sebagai produk teknologi dihadapkan pada kepentingan pertanian - yang diupayakan melalui pendekatan agribisnis - masih memerlukan kejelasan. Pertanian yang modern merupakan target pembangunan pertanian kita. Hal ini diharapkan akan berorientasi bisnis dengan ciri progresivitas meng-ikuti kaidah pasar terbuka. Karena ditopang oleh pemanfaatan teknologi, derap modernisasi ini relevan dengan arus komersialisasi benih yangjuga merupakan produk pengembangan teknologi, baik melalui teknologi pemuliaan maupun teknologi benih. Pertanian di Indonesia yang ditujukan untuk kepenting-an nasional dan global perlu dikembangkan secara bersama pada pola yang bersifat biokonservatif dan bioteknologis. Pemisahan ini tidak mengurangi itikad pendekatan agribisnis, sehingga menjadi lebih menarik lagi untuk mengetahui aPa yang harus dihadapi sekiranya kedua pola itu memerlukan benih ko-mersial yang diproduksi oleh industri benih. Penulis mempunyai konsepsi tersendiri untuk memasukiera agribisnis. Mungkin didorong oleh pandangan khas dalam pengembangan industri benih sebagai agroindustri yang bergerak dalam subsistem hulu pada sistem agribisnis yang memerlukan transparasi antara hulu memproduksi benih sumber, tengah memproduksi benih, dan hilir membeli benih, penulismendambakan jrgu sistem agribisnis total yang transparan anarasubsistem hulu, tengah, dan hilirnya. Pertanian itu suatu bisnis sehingga secara timbal balik benih yang komersial dan agribisnis saling memotivasi. Di sini letak prospek industri benih di Indonesia. oleh karena itu, membangun industri benih tidak cukup hanya bermodalkan teknologi, tetapi harus ekonomis menguntungkan dan dapat diterima oleh masyarakat. Dalam upaya menarik pembaca, buku ini memahami benih bermutu yang dapat diproduksi dari tingkatan teknologi yang masih sangat sederhana sampai yang maju. Memenuhi kebutuhan petani yang taraf usahataninya masih sederhana sampai yang modern. Untuk itu, penulis membuat paparan yang di satu pihak menunjukkan variasi perlengkapan teknis industri benih, di lain pihak mengutarakan segi-segi kemasyarakatannya. Dalam buku ini akan dijumpai liku-liku industri benih dalam memasyarakatkan produk benihnya, yang di satu sisi dihadapkan pada masyarakat yang masih sederhana dalam berbudidaya tanaman, di sisi lain perundangan yang sepertinya hanya memiliki satu jalur sertifikasi yang diharuskan untuk menamakan benih itu bermutu. Demikian juga kalau diperhatikan dari taraf mutu genetik masing-masing spesies. Di satu bagian ada spesies yang sudah mdu dimuliakan, di bagian lain dijumpai kelompokyang masih liar, padahal memiliki prospek ekonomis yang tinggi. Industri benih yang perlu dibangun di negeri ini harus menghadapi semua kepentingan itu dengan selamat. Penulis menyadari, untuk membangun industri benih dalam era agribisnis di Indonesia memerlukan kearifan yang tinggi . Buku sekecil ini tentu masih banyak halaman kosong yang perlu diisi oleh pendapatpendapat baru di kemudian hari. Mudah-mudahan sebagai titik tolak yang mengawali suatu pemikiran ke arah modernisasi pertanian kelahiran buku ini masih dapat dipetik manfaatnya. Penulis sangat berterima kasih atas kesediaan PT Grasindo menjembatani itikad itu dengan menerbitkan buku ini.(libra) a338.159.8 4aEkonomi 4aPertanian a018913 a018914 a018915 a018916 a018917