03198 2200229 4500001002100000005001500021035002000036008004100056245009600097100002800193260005300221300002200274084001600296520256900312082001002881650002202891990001102913990001102924990001102935990001102946990001102957INLIS00000000000888220220713034447 a0010-0721004141220713 g 0 ind 1 aWacana Jurnal Ilmu Pengetahuan Budaya :bMultikultural Internasional /cMunandar, Agus Aris1 aKridalaksana, Harimurti aJakarta :bUI Fak Ilmu Pengetahuan Budaya,c2005 a98 hlm. ;c25 cm. aR.306 KRI w aWacana: jurnal ilmu pengetahuan budayaTema yang diangkat pada nomor ini adalah multikultural internasional. Tema tersebut sengaja diketengahkan karena pertimbangan khusus, yaitu melanjutkan tema yang beraspek multikultural nasionaly keanekaragaman budaya regional yang telah dimuat dalam edisi April 2006.Melalui tulisan tentang citra penjajahan Jepang yang terpantul dalam beberapa novel Pramoedya, penulisnya ingin menyampaikan pesan bahwa sebuah karya sastra tidak hanya dilihat sebagai dokumen sosial budaya saja, tetapi juga sebagai penggambaran nilai-nilai, seperti nasionalisme, patriotisme, semangat anti-Jepang, pengorbanan dan itu semuanya sesuai dengan yang dirasakan oleh novelis pada masanya. Beralih ke negara Cina, ternyata kehidupan bernegara dan pemerintahannya melahirkan karya sastra yang menarik. Kontemporeritas dan kebijakan pemerintah Cina memunculkan beberapa bentuk sastra, seperti sastra masa kedinastian, sastra masa republik, sastra progresif yang antifeodalisme, sastra revolusioner yang antipenjajahan, sastra proletar (arahan dari pemimpin Mao), sastra pasca-Revolusi Budaya. Bentuk sastra di Cina menjadi kian menarik ketika pemimpin Mao terlibat dalam kebebasan imajinasi dan kreativitas sastrawannya yang tentu saja terpasung karenanya. Kata dalam karya sastra akan menjadi sangat penting bagi penulis dan penerjemahnya ketika harus dipahami secara benar. Bagi seorang penerjemah, refleksi kritis terhadap kata menjadi cara untuk melihat karakteristik sebuah karya. Itulah yang ingin disampaikan dalam tulisan The Coloniser and the Colonized: reflections on translation as Contested Space. Begitu juga dengan tokoh Don Juan, karya Eric-Emmanuel Schmitt dalam La Nuit de Valognes yang dimitoskan sebagai perayu mengalami pembongkaran mitos, demistifikasi sehingga menjadi tokoh yang memuja kebebasan berpikir.Tema yang lain, komik Jepang, manga, menjadi sajian yang menarik dalam karya Etsushi Ogawa yang mengisahkan peristiwa heroik Master Cnaking Boy, seorang remaja Mao dan kawan-kawannya, yang pandai dalam seni kulinari tetapi sekaligus memiliki kerendahan hati. Masalah manusia ,rga muncul ketika hak asasi manusia diketengahkan dan bahkan menjadi hak dasar sangat manusiawi yang dimiliki oleh setiap manusia. Ketika era globalisasi telah melanda dunia, HAM tidak lagi menjadi masalah nasional tetapi menjadi masalah internasional. Dan di situlah terjadi pelanggaran HAM dalam berbagai bidang (misalnya ekonomi, hukum, pendidikan) karena adarn-a perbedaan persepsi dalam melakukan interpretasi terhadap apa yang didenggarnya. aR.306 4aJurnal Kebudayaan a047121 a047122 a047123 a047124 a047125