02836 2200313 4500001002100000005001500021035002000036008004100056245005800097100001900155260003400174300002300208020002200231084001700253520210600270082001102376650001102387650001402398990001102412990001102423990001102434990001102445990001102456990001102467990001102478990001102489990001102500990001102511INLIS00000000000828020220108111946 a0010-0721003539220108 g 0 ind 1 aBahasa Perempuan :bSebuah Potret Ideologi Perjuangan1 aSantoso, Anang aJakarta :bBumi Aksara,c2009 a184 hlm. ;c21 cm. a978-979-010-552-2 a305.04 SAN b aBahasa Perempuan Bahasa perempuan dapat disikapi sebagai wacana, yakni cara membahasakan peristiwa, pengalaman, pandangan, dan kenyataan hidup tertentu. Bahasa perempuan selalu merepreseritasikan model pandangan hidup tertentu, yakni gambaran sebuah konstiuksi dunia yang bulat dan utuh,rentang ide hidup dan kehidupan yang stidah ditafsirkan dan diolah oleh perempuan. Bahasa perernpuan adalah representasi gaya tutur kooperatif, yang membedakannya dengan kompetitifnya bahasa laki-laki. Bahasa perempuan juga dapat dipandang sebagai pcrjuangan simbol wacana subordinatif. Setiap interaksi sosial lintas-gender selalu menggunakan simbol-simbol yang menyediakan pelbagai perangkat tanda untuk melakukan perjuangan, penggugatan, atau pertarungan terhadap wacana hegemonik. Dalam kenyataannya, makhluk perempuan banyak mengalami kekerasan simbolik. Sebutan, predikat, stereotipe, jargon, moto, semboyan, olok-olok, plesetan, bahkan syair lagu pun menjadi tempat kekerasan simbolik itu. Kekerasan simbolik bekerja dengan menyembunyikan pemaksaan dominasi yang akhirnya diterimaa begitu saja oleh kelompok subordinatif sebagai sesuam `yang memang seharusnya demikian`. Mereka yang terdominasi menjadi ikhlas untuk dikuasai dan berada dalam cengkeraman dominasi tanpa sikap Ms. Wacana-wacana yang muncul dari budaya patriarki telah menciptakan male-gaze, yakni sebuaah cara pandang yang selama ini berlaku begitu saja pada laki-laki, dan cara pandang ini bisa saja tidak sama, berbeda, bertolak belakang, berlawanan dengan cara pandang perempuan. salh satu agenda pokok yang harus dilaukan oleh perempuan adlah `bertarung` dalam pembentukan dan penafsiran wacana publik ( public discourse ). setiap ranah dimana pun dan kapan pun akan selalu terdapat pertarungan antar `yang mendominasi` dan `yang didomonasi`, antara self dan others. dengan menggunakan modal yang dimilikinya mesalnya kepandaian, kekuasaan, dan kemashuran perempuan sudah seharusnya terlibat secara aktif-kreatif dalam pembentukan dan penafsiran wacana publik yang lebih berwqaah perempuan atau paling tidak tidak resisten pada perempuan. a305.04 4aBahasa 4aPerempuan a044815 a044129 a044130 a044131 a044132 a044133 a044811 a044812 a044813 a044814