02830 2200217 4500001002100000005001500021035002000036008004100056245002700097100002400124250001100148260004500159300002300204020002200227084001400249520230400263082000802567650001502575990001102590990001102601INLIS00000000000770120220103031139 a0010-0721002960220103 g 0 ind 1 aJurnalisme Investigasi0 aSeptiawan Santana K arevisi aJakarta :bYayasan Obor Indonesia,c2009 a412 hlm. ;c21 cm. a978-979-461-427-3 a070 SEP j aJurnalisme Investigasi Pada tambahan lainnya, beberapa contoh kasus investigatif sampai perkembangan media disertakan. Dimensinya diharapkan mengangkat wacana tertentu dalam dunia pers Indonesia. Sedikit Penjelasan RevisiSistematika buku ini direvisi menjadi: Bab 1, Reportase Investigasi, menjelaskan peliputan investigatif yang punya aturan main tertentu. Paul Williams, misalnya-tokoh yang kerap disebut sebagai pengusul prows investigative reporting-memaparkan sebelas langkah reportase. Dari Williams, bahasan dihubungkan dengan praktik yang, dalam hal ini, dikaitkan dengan pola peliputan investigasi di Majalah Berita Mingguan Tempo. Bab 2, Wawancara Investigasi (People Trails), menerangkan sumber-sumber informasi investigatif yang berbeda dengan liputan berita reguler. Wawancara menjadi pembuka data atau informasi, yang kerap disembunyikan dengan amat rapih. Bab 3, Riset Investigasi, menegaskan pentingnya riset di dalam pelaksanaan pemberitaan investigatif. Riset menunjang kesahihan fakta investigatif, ketika pihak tertentu `didakwa`. Bab 4, Penulisan dan Etika Investigasi, dibahas karena sifat laporan investigasi yang punya pertanggungjawaban `lebih`. Kesimpulan penyelidikan wartawan, yang `menuduh` nama seseorang atau pihak tertentu, mempunyai dimensi hukum yang harus disiapkan. Bab 5, Jurnalisme Investigatif, menelusi karakteristik investigasi yang dilakukan media di banyak unsurnya. Dan, sekaligus, menegaskan kekhususannya bagi dunia jurnalisme. Bab 6, Investigative: dengan Depth, mengemukakan perbedaan depth reporting dengan reportase investigasi. Setelah media Indonesia leluasa melakukannya, represi Orde Baru menahannya, dan mendorong depth reporting lebih dikenali di Indonesia. Padahal, reportase yang in depthh dengan investigasi berbeda. Bab 7, Jurnalisme Investigasi di Indonesia, mengemukakan pengertian dan perkembangan pers Indonesia ketika mengenali investigasi Bab 8, Sejarah Investigasi, membahas awal investigasi dikenali, dan perkembangannya di Amerika, serta kaitannya dengan politik dan lainnya. Bab 9, Perkembangan Jurnalisme Investigatif, sebagai bab terakhir, membahas perkembangan reportase investigasi, rambahannya pada media film, serta agenda `korporat` yang memengaruhi investigasi media.  a070 4aJurnalisme a043252 a043253