02127 2200253 4500001002100000005001500021035002000036008004100056245004200097100001900139260003100158300002300189020001800212084001700230520152900247082001101776650001101787650002001798990001101818990001101829990001101840990001101851990001101862INLIS00000000000501620220629104840 a0010-0721000275220629 g 0 ind 1 aPerempuan Terakhir :bKumpulan Cerpen1 aAnwar, M.Shoim aJakarta :bGrasindo,c2004 a160 hlm. ;c21 cm. a979-732-896-1 a813.01 ANW p aDalam peperangan, ranjau ditanam di mana-mana hidup dipertaruhkan dalam tiap detik dan jengkal. Tubuhkita meledak dan ringsek jadi serpihan-serpihan daging tatkala menginjaknya. Kesadaran selalu datang di titik jenuh: ingin melompat ke masa silam untuk memacu kembali usia dan waktu dari titik nol. Segalanya harus bergulat dengan rasa yang tak terlukiskan. Rekonstruksi ibarat menegakkan benang basah. Kisah-kisah yang saya tulis ini merupakan sebagian dari hasil perjalanan panjang dari sebuah proses kreatif. Berbagai pengalaman, kesaksian, renungan, dan imajinasi telah bersetubuh sehingga melahirkan bayi-bayi cerpen. Wajah- wajah cerpen itu barangkali ada yang telah kita kenal karena dalam keseharian kita juga bergelut dengan mereka, tetapi ada pula penampakan wajah asing, yang barangkali kita belum mengakrabinya. Bila dicermati, wajah cerpen di sini pada dasarnya juga merupakan bertaburnya sekian banyak perangkap dan jebakan meski sepintas lalu ada yang tampak sebagai dunia yang sangat menyenangkan Para tokoh memilih jalan hidupnya sendiri untuk menegakkan posisinya sebagai subjek. Sebagaimana dalam peperangan, mereka tidak sedikit yang menginjak ranjau Posisi subjek dapat terpeleset menjadi objek. Tarik-menarik antara dua kutub nyaris tidak pernah final karena hidup itu sendiri selalu dalam proses menjadi. Ketegangan-ketegang-an selalu muncul. Para tokoh Pun diuji. Ada di antara mereka yang meledak, terkapar, dan tak berdaya. Meskiada yang masih bertahan, mereka pada dasarnya juga menggembol ranjau. a813.01 4aSastra 4aKumpulan Cerpen a021585 a021581 a021582 a021583 a021584