02548 2200229 4500001002100000005001500021035002000036008004100056245007200097100002000169260003400189300002300223020001800246084001700264520196100281082001102242650002202253990001002275990001102285990001102296990001102307INLIS00000000000037820220309102708 a0010-0521000378220309 g 0 ind 1 aAgama Itu Bukan Candu :btesis-tesis feuerbach, marx dan tan malaka1 aDarmawan, P Eko aBandung :bResist Book,c2005 a160 hlm. ;c21 cm. a979-538-003-6 a320.05 MOE a aBuku ini berangkat dari sebuah keheranan. Awalnya, Penulis berulangkali menyaksikan beberapa mahasiswa yang melakukan sholat, dan setelah itu kerap kali melakukan aktivitas yang tak berguna. Dalam diri penulis muncul pertanyaan:tidakkah mereka bersalah melakukan aktivitas-aktivitas itu justru setelah mereka melakukan sholat? Lalu,beberapa kali penulis iuga menyaksikan media massa menayangkan atau memuat ceramah-ceramah agama. Namun pada kesempatan yang lain, media massa tersebut iuga menyajikan berita-berita yang asal laku, apakah berita itu merugikan pihak lain ataupun hanya berisi fitnah belaka. Bagaimana bisa demikian? Suatu kali, di sebuah daerah Pegunungan, penulis menyaksikan para petani kaya yang akan Pergi berangkat haji. Para petani kaya ini turut menebangi pohon di daerahnya untuk diiadikan lahan pertanian mereka. Akibatnya daerah tersebut kini sangat tandus dan kering. Tidakkah terbersit sekalipun dalam diri mereka betapa besar ancaman banjir dan tanah longsor yang akan mereka ciptakan? semakin banyak peribadatan yang kita lakukan, tampaknya semakin membuat kita tidak pernah membuat resah dan merasa bersalah. Justru rasa tenang dan nyaman yang timbul, karena sudah merasa `menyenangkan` Tuhan. Menjalankan peribadatan telah membuat kita, merasa telah menjadi saleh. `Dan asal hidup kita sukses, anak-anak kita sukses, maka selesailah urusan kita` begitulah prinsip dari keberagamaan sekarang. Keberagamaan yang demikian memang sungguh menyenangkan!!. Tetapi, apakah keyakinan yang demikian itu memang sebuah keberagamaan yang sejati? Dalam kegelisahan ini, penulis lalu bertemu dengan pemikiran Ludwig F`euerbach, Kad Marx dan Tan Malaka. Pemikiran ketiganya sungguh menyingkapkan makna lain dari keberagamaan. Keberagamaan yang bukan sekedar berslogan `sukses dunia dan akhirat`. Tapi keberagamaan yang lebih bermakna yakni menyadarkan dan sekaligus memandu manusia untuk menemukan makna hidup manusia di muka bumi. henslib106 a320.05 4aIdiologi, Politik a08898 a033580 a033581 a033582