06370 2200217 4500001002100000005001500021008004100036020001800077035002000095082001400115084002000129100003700149245002800186260004900214300002500263520581900288650001306107650001106120990001106131990001006142INLIS00000000000253020220108034131220108 g 0 ind  a9971-77-282-5 a0010-0621002130 aR.297.122 aR.297.122 AMR t1 aAmrullah, Abdul Malik Abdulkarim1 aTafsir Al-Azhar Jilid 5 aSingapura :bPustaka Nasional PTE LTD,c2003 a319 hlm. ;c22,5 cm. aTafsir Al-Azhar Dengan nama Allah, Yang Maha Murah, lagi Penyayang. Segala puji-pujian bagi Allah, pemelihara sekalian alam. Shalawat disertai salam atas yang paling mulia di antara Rasul-rasul, Muhammad Rasul Yang Amin, dan atas sekalian keluarga dan sahabat-sahabatnya.Dengan izin Tuhan, kita terjemahkan dan kita tafsirkan al-Quran yang mulia ke dalam bahasa Indonesia atau Melayu. Kita sebut atau Melayu, sebab ahli-ahli bahasa Indonesia telah merumuskan kesatuan pendapat pada Kongres Bahasa Indonesia tahun 1954 di Medan bahwa bahasa Indonesia itu adalah berasal clan berdasar kepada bahasa Melayu.Penulis "Tafsir " ini telah membaca syarat-syarat yang dikemukakan oleh Ulama-ulama ikutan kita, untuk siapa-siapa yang hendak menterjemahnya, hendaklah tahu bahasa Arab dengan segala peralatannya, tahu pula penafsiran orang yang terdahulu, pula tahu Asbabun Nuzul, yaitu sebab-sebab turun ayat, tahu pula hal Nasikh clan Mansukh, tahu pula ilmu Hadis, terutama yang berkenaan dengan ayat yang tengah ditafsirkan, tahu pula ilmu Fiqh, untuk mendudukkan hukum.Syarat-syarat itu memang berat clan patut. Kalau tidak ada syarat demikian tentu segala orang dapat berani saja mentafsirkan al-Quran. Ilmu-ilmu yang dijadikan syarat oleh Ulama-ulama itu Alhamdulillah telah penulis ketahui ala kadarnya, tetapi penulis tidaklah mengakui bahwa penulis sudah sangat alim dalam segala ilmu itu. Tuhan di dalam al-Quran sendiripun pernah berfirman, bahwasanya di atas orang yang mempunyai ilmu ada lagi yang lebih alim. Maka kalau menurut syarat yang dikemukakan Ulama tentang ilmu-ilmu itu, wajiblah ilmu sangat dalam benar lebih dahulu, tidaklah akan jadi "Tafsir " ini dilaksanakan. Jangankan bahasa Arab dengan segala nahwu dan sharafnya, sedangkan bahasa Indonesia sendiri, tempat al-Quran ini akan diterjemah dan ditafsirkan, tidaklah penulis "Tafsir " ini termasuk ahli bahasa yang sangat terkemuka, Tafsir AI-Azhar meskipun telah menulis lebih daripada 100 buku besar dan kecil di dalam bahasa Indonesia. Ada pula syarat-syarat lain yang sangat diabaikan oleh Ulama-ulama yang telah terdahulu itu. Yaitu di dalam al-Quran sangat banyak ayat-ayat yang menerangkan soal-soal alam, lautan dengan ombak gelombangnya, kapal dengan pelayarannya, tumbuh-tumbuhannya, angin dan badai, awan membawa hujan, dari hal bintang-bintang dan manazilnya, clan burujnya, demikian juga keadaan matahari clan bulan. Ayat-ayat yang seperti ini jauh lebih banyak daripada ayat-ayat yang mengenai hukum dan Fiqh. Sedang penulis "Tafsir " ini tidaklah seorang keluaran Sekolah Tinggi Pertanian, tidak ada keahlian dalam Ilmu Alam. Di dalam al-Quran berkali-kali disebut juga soal atom, sedang penulis "Tafsir " ini bukanlah seorang ahli atom. Maka kalau syarat ini hendak dipenuhi juga, pastilah "Tafsir " ini tidak jadi dikerjakan. Tetapi, sebagai kita katakan tadi ada soal lain yang mendesak, sehingga pekerjaan ini wajib diteruskan. Yaitu sangat bangkitnya minat angkatan muda Islam di tanahair Indonesia dan di daerah-daerah yang berbahasa Melayu hendak mengetahui isi al-Quran di zaman sekarang, padahal mereka tidak mempunyai kemampuan mempelajari bahasa Arab. Beribu bahkan berjuta sekarang angkatan muda Islam mencurahkan minat kepada agamanya, karena menghadapi rangsangan dan tantangan dari luar dan dari dalam. Semangat mereka terhadap agama telah tumbuh, tetapi "rumah telah kelihatan, jalan ke sana tidak tahu ", untuk mereka inilah khusus yang pertama "Tafsir " ini saya susun.Yang kedua ialah golongan peminat-Islam yang disebut muballigh atau ahli da wah. Kadang-kadang merekapun ada mengetahui banyak atau sedikit bahasa Arab, tetapi kurang pengetahuan umumnya, sehingga merekapun agak canggung menyampaikan da wahnya. Padahal mereka mempunyai kewajiban sudah lebih luas daripada muballigh-muballigh zaman yang lampau. Dahulu cukuplah jika seorang muballigh menyampaikan da`wahnya kepada orang kampung yang agama mereka telah menjadi tradisi. Apa sajapun keterangan clan da wah yang disampaikan kepada mereka, niscaya akan mereka terima. Sekarang ini muballigh menghadapi bangsa yang sudah mulai cerdas, dengan habisnya buta-huruf. Keterangan-keterangan yang didasarkan kepada agama, padahal tidak masuk akal, sudah berani mereka membantahnya. Padahal kalau mereka itu diberi keterangan al-Quran dengan langsung, akan dapatlah lepas mereka dari dahaga jiwa. Maka "Tafsir " kita ini adalah suatu alat penolong bagi mereka untuk menyampaikan da`wah itu.Sebelum kita langsung kepada penafsiran, terlebih dahulu kita beri kata pendahuluan ini, yang di dalamnya akan terbayang ke mana tujuan tafsir. Adapun penafsir ini sendiri, tidaklah seorang yang menempuh spesialisasi di dalam salah satu cabang ilmu Islam, cuma mengetahui secara merata dan meluas pada tiap-tiap cabang ilmu itu. Biasanya ilmu yang meluas rata itu tidaklah mendalam. Laksana seorang dokter membuka praktek untuk umum, tahulah dia serba sedikit dalam tiap cabang ilmu kedokteran, tetapi tidak ada Pendahuluan yang mendalam dalam salah satunya. Kalau sudah mendalam dalam satu ilmu, bernama dia spesialis misalnya spesialis telinga, kerongkongan clan hidung, spesialis mata, spesialis kanker dan sebagainya. Al-Quran mengandung segala macam ilmu Islam: Ilmu Tauhid, Tasauf, Fiqh, sejarah, ilmu jiwa, akhlak, ilmu alam dengan segala cabangnya. Yang sehendaknya menulislah segala spesialis ilmu itu dalam vak ilmunya masing masing mengenai tiap-tiap ayat, dan akan keluarlah tafsir berpuluh bahkan beratus jilid, sebagai uraian masing-masing ayat yang mengenai bintang. Ahli biologi menafsirkan ayat yang mengenai kelahiran manusia dan hidupnya pasangan laki-laki clan perempuan. Seketika membicarakan petir atau kilat, yang memang ada satu surat khas memakai nama itu, tampil pula ahli ilmu tentang itu. Ketika membicarakan tentang lebah dengan madunya.yl 4aAl Quran 4aTafsir a028035 a07518