02423 2200313 4500001002100000005001500021035002000036007000300056008004100059020002200100082001000122084001600132100002300148245003100171250001400202300002500216650002300241700003500264504002000299520163000319264003301949336002101982337003002003338002302033502002002056990001102076990001102087990001102098INLIS00000000002218720240730095603 a0010-0724000003ta240730 g 0 ind  a978-602-7696-50-1 a200.1 a200.1 MU' m0 aMu'arifePengarang1 aMonoteisme Samawi Autentik aCetakan 1 a340 halaman ;c20 cm 4aPerbandingan Agama0 aMuhammad Ali FakihePenyunting a315-323 halaman aSejarah kelahiran Islam tidak mungkin dapat dipisahkan dari tradisi monoteisme Semitik, yang di dalamnya meliputi sejarah agama Yahudi dan kelahiran agam Nasrani. Dengan menempatkan tiga agama Semitik ke dalam rel sejarah yang satu, dapat dipahami bahwa terdapat estafet kenabian yang tidak terputus-putus dari nabi-nabi terdahulu dan diakhiri lewat kenabian Muhammad SAW. Monoteisme Samawi Autentik adalah sebuah buku karya Mu'arif, seseorang yang aktif dalam kegiatan jurnalistik organisasi Muhammadiyah. Buku yang terbit pada 2 Mei 2018 ini menjelaskan bagaimana tiga agama besar (Yahudi, Nasrani dan Islam), yang saling berhubungan bisa memiliki konsep teologis sangat berbeda. Kita sering mendengar istilah Abrahamic Faiths, dimana Nabi Ibrahim A.S. diakui sebagai nabi dalam tiga agama, yaitu Yahudi, Nasrani, dan Islam. Menurut Ustadz Adian Husaini, hanya Islamlah yang termasuk ke dalam Abrahamic Faiths karena perbedaan konsep teologis, yaitu tauhid. Dan tauhid tidak sama dengan monoteisme. Sedangkan Bagi Mu'arif, sikap Ustadz Adian membuat umat Islam mengerucut dalam dua kelompok, yaitu fundamentalis dan liberal. Buku ini pun kemudian ditulisnya untuk membantah pemahaman Ustadz Adian tersebut. Menurut penulis, Nabi Ibrahim A.S. dianggap menjadi pionir utama monoteisme dalam tiga agama tersebut. Tapi dalam prosesnya seiring waktu konsep teologis monoteisme ini menurut Bapak Mu'arif terlalu abstrak, sulit dipahami, sehingga orang-orang kemudian terjebak dalam antroposentris. Alhasil konsep Tuhan berubah, dengan sudut pandang antropomorfis dan antropopatis, yang cenderung kepada politeisme/pagan. aYogyakarta :bIRCiSoD,c2018 2rdacontentaTeks 2rdamediaaTanpa Perantara 2rdacarrieraLembar a325-340 halaman a071417 a071418 a071419