02563 2200301 4500001002100000005001500021035002000036007000300056008004100059020002200100082001100122084001700133100003300150245006700183250001400250300004600264650001600310700002200326504002000348505010900368520165000477264003802127336002102165337003002186338002302216990001102239990001102250INLIS00000000002163620230726024357 a0010-0723000202ta230726 g 0 ind  a978-602-6647-41-2 a297.39 a297.39 EMS h0 aEmsoe AbdurrahmanePengarang1 aHadji Tempo Doeloe :bKisah Klasik Berangkat Haji Zaman Dahulu aCetakan 1 axiv + 242 halaman :bIlustrasi ;c20,5 cm 4aIbadah Haji0 aDhaniePenyunting a226-237 halaman a1. Haji di mata kaum muslim di nusantara 2. Berhaji pada era kapal layar 3. Berhaji pada era kapal uap aAnwar Sadat (1918-1981) pernah berujar "Keyakinan berarti seorang manusia harus memandang petaka sebagai takdir yang wajib dimilikinya, entah itu harta, tenaga, pikiran, hingga nyawa, demi keyakinan yang dianutnya. Perjuangan muslimin di nusantara untuk dapat menunaikan ibadah haji ke Makkah termasuk salah satunya. Tempo doeloe, kakek nenek kita berani menempuh perjalanan sangat jauh, menantang ganasnya topan dan badai di lautan, gersangnya padang pasir, dan kejamnya para perampok di perjalanan, demi menuntaskan cita-cita memenuhi panggilan Illahi. Sebuah panggilan yang seringkali harus dibayar dengar linangan air mata, darah, bahkan nyawa. Tidak dapat dipungkiri bahwa ibadah haji telah membawa pengaruh yang besar terhadap kehidupan kaum Muslimin di Nusantara, khususnya pada masa-masa sebelum kemerdekaan. Dalam pandangan sejarawan senior Indonesia, (alm) Prof. Dr. Sartono Kartodirdjo, perjalanan haji telah melaj=hirkan satu benteng solidaritas yang ampuh di dunia Islam. Betapa tidak, orang-orang yang telah menunaikan ibadah itu pulang ke negeri mereka dengan membawa semangat kebesaran dan keagungan Islam. Inilah yang kemudian menggerakkan sebagian kaum Muslimin untuk melakukan perlawanan terhadapkaum kolonialis yang dianggap kafir, dalam hal ini Pemerintah Kolonial Belanda. Salah satu peistiwa fenomenal dan paling menarik dalam konteks ini adalah pemberontakan petani Banten tahun 1888 yang di pelopori oleh para haji. Dengan demikian, menurut Guru Besar Sejarah UGM ini, makna terpenting dari perjalanan haji itu harus dicari pada tingkat ideologis sebagai sesuatu yang menggerakkan lahirnya berbagai gerakan perlawanan. aBandung :bAlim Publishing,c2019 2rdacontentaTeks 2rdamediaaTanpa Perantara 2rdacarrieraLembar a076087 a076088