03297 2200277 4500001002100000005001500021035002000036007000300056008004100059020002200100082001000122084001600132100002400148245006900172250001400241300003200255650001700287700002400304504002000328264004100348336002100389337003000410338002300440520254500463990001103008INLIS00000000001991620230118033934 a0010-0123000799ta230118 g 0 ind  a978-602-9033-62-5 a174.4 a174.4 MUH p0 aMuhaiminePengarang1 aPerbandingan Praktik Etika Bisnis Etnik Cina dan Pembisnis Lokal aCetakan 1 axiii + 145 halaman ;c22 Cm 4aEtika Bisnis0 aSukarniePenyunting a141-145 halaman aYogyakarta :bPustaka Pelajar,c2011 2rdacontentaTeks 2rdamediaaTanpa Perantara 2rdacarrieraLembar aPerbandingan Praktik Etika Bisnis Etnik Cina dan Pembisnis Lokal Perbincangan soal etika bisnis akan semakin mengemuka mengingat arus globalisasi semakin deras terasa. Globalisasi memberikan tatanan ekonomi baru dimana para pelaku bisnis dituntut melakukan bisnis secara fair. Bisnis yang dijalankan dengan melanggar prinsip-prinsip agama dan nilai-nilai etika seperti pemborosan, manipulasi, ketidakjujuran, monopoli, kolusi dan nepotisme cenderung tidak produktif dan menimbulkan inefisiensi. Manajemen yang tidak memperhatikan dan tidak menerapkan nilai-nilai agama (nilai-nilai moral), hanya berorientasi pada laba (tujuan) jangka pendek, tidak akan mampu survive dalam jangka panjang. (Sri Sugiarti: 2005). Dalam konsepsi Islam, bisnis adalah perkara yang paling dekat dengan ajaran Islam, bahkan bisnis telah mewarnai kehidupan Nabi Muhammad saw. sebagai pembawa ajaran Islam. Dan Islam tidak pernah memisahkan ekonomi dengan akhlak, hal itulah yang membedakan Islam dengan kapitalisme dan materialisme. Islam juga tidak pernah memisahkan ilmu dengan akhlak, politik dengan akhlak, perang dengan akhlak, dan aktivitas muamalah dengan akhlak (Anonim, 2000). Sebagaimana juga Islam tidak memisahkan agama dengan negara dan materi dengan spritual seperti yang dilakukan Eropa dengan konsep sekularismenya. Akhlak dalam konsep Islam sepadan dengan moral dalam pandangan umum. Secara universal, siapapun tidak suka jika diperlakukan secara tidak bermoral. Nabi saw. bersabda: "Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia". Risalah yang dibawa beliau merupakan sekumpulan aturan berupa perintah dan larangan untuk membina umat manusia yang terbaik. Oleh karenanya, akhlak merupakan implementasi dari tingkat ketaatan seorang muslim terbatasap nilai-nilai agamanya. Dalam konteks perbincangan tentang etika bisnis ini, muncul satu isu menarik dan ia menjadi realitas di lapangan yaitu dominasi keberhasilan pebisnis etnik Cina ke atas bidang bisnis di mana saja mereka berada, tersebar di segenap negara ASEAN seperti Malaysia, Indonesia, Singapura, Thailand dan lain-lain. Walaupun mereka jumlahnya sedikit dan minoritas, tetapi kekuatan ekonomi dapat mereka kuasai. Barangkali inilah yang menjadi indikasi pemaknaan hadis Nabi Muhammad saw.: "Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri Cina". Buku ini akan coba membahas lebih jauh dan mendalam tentang kebenaran asumsi-asumsi tersebut yaitu menyajikan suatu kajian perbandingan praktik etika bisnis etnik Cina dengan praktik etika pebisnis lokal di Banjarmasin. (Spy) a071912