11067 2200241 45000010021000000050015000210350020000360080041000562450054000971000021001512600042001723000023002140200018002370840017002555201046600272082001110738650001210749650002010761990001110781990001110792990001110803990001110814INLIS00000000000213620211209020043 a0010-0621001736211209 0 ind 1 aEkonomi Publik & Eksternal :bEkonomi Tanpa Pasar1 aSimarmata, DJ. A aJakarta :bFakultas Ekonomi UI,c1994 a340 hlm. ;c21 cm. a979-8140-38-9 a330.01 SIM e aEKONOMI PUBLIK EKSTERNAL : EKONOMI TANPA PASAR Ciri khas dari ekonomi publik ialah secara ekstrim berada di alam konteks ekonomi tanpa intitusi lembaga pasar (non-marlet sub-set economy), yang berarti mekanisme pertukaranatau exchange, yaitu pasar tidak terjadi menurut pengertian yang umum. Ketidakadaan lembaga pasar bagi barang publik dalam ekonomi publik menyebabkan sulitnya menentukan atau mengetahui harga seperti yang dijumpai dalam pasar barang privat. Tidaklah berlebihan bila dikatakan bahwa antara ekonomi publik dan privat terdapat perbedaan dalam banyak metodologi, yang berarti tidak semua metodologi ekonomi privat dapat digunakan dalam ekonomi publik, tetapi sejak awal perlu dikemukakan bahwa tanpa ketersediaan barang publik yang scsuai (baik dalam ragam, jenis, kuantitas ataupun kualitas) akan menjadi hambatan berlangsungnya operasi ekonomi pasar (bagi barang-barang privat). Timbul pertanyaan, mana yang lebih luas cakuPannYa ?. Datam kaitan ini, pendekatan orisinil menarik ialah cara Buchanan, yang secara spesifik mengadakan manipulasi mctodologi barang kebutuhan umum pada barang privat dan dengan demikian membuat metode tersebut dapat mencakup kedua kelompok barang kebutuhan itu, pcmikiran yang dapat dikatakan genial. Metode Buchanan tersebut akan kita tunjukkan dalam bab yang bersangkutan. Teori klub Buchanan ternyata bersifat penyempurnaan pada teori barang kebutuhan umum murni Samuelson, dan lebih mendekati realita karena mempertimbangkan kapasitas atau daya tampung barang yang bersangkutan. Ekonomi eksternal masuk dalam pembahasan di sini karena adanya banyak pcrsamaan dengan ekonomi publik, yang timbul dari mekanisme ekonomi tanpa institusi Pasar dalam pengertian biasa. Ekonomi eksternal memiliki karakteristik ketidakterbagian (fudivisibitity) dari sisi konsumsi dan dengan demikian mempunyai kesamaan dengan barang kebutuhan umum (public goods). Ada dua macam dampak eksternalitas, yang positif dan yang negatif. Masalah ini mau tidak mau akan menuntut campur tangan pemerintah dalam penyelesaiannya, sehingga akhirnya menggunakan peralatan ekonomi publik. Bagi dampak positif dari ekternalitas, tindakan yang diperlukan dari pihak negara ialah mendapatkan semacam kompensasi dari penerimanya (bineficiaire) dan bagi mereka yang memperoleh dampak negatif ialah memberikan kompcnsasi kerugian bagi para penderita. Dari sudut pengadaan, yang sering menjadi pokok masalah ialah bagi kegiaran penghasil eksternalitas positif, karena bila dia itu diserahkan pada kekuatan pasar akan ada disensitif bagi produsennya, artinya terjadi produksi yang kurang dari seharusnya (underproduction). Di sini diperlukan subsidi arau bila tidak pcmerintah seyogyanya mengambil alih pelaksanaan langsung. Bagi kegiatan yang mempunyai eksternalitas negatif diperlukan tindakan pemerintah yang menegakkan kembali biaya sebenarnya (true cost) dari kegiatan tersebut. Ini dikenal dengan internalisasi dampak eksternal dari sesuatu kegiatan, di mana tendensiini masih lebih berorentasi pada kegiatan yang berdampak negatif. hukum ini penulis nyatakan sebagai "perlakuan simetri , dalam ekternalitas. Adanya masalah-masalah dampak eksternatitas positif maupun negatif menuntut perlunya campur tangan pemerintah bagi pelurusan perhitungan biaya ataupun manfaat sebenarnya. Masalah lingkungan yang akhir-akhir ini semakin menggema lantang kiranya perlu mendapat sambutan melalui perluasan metodologi perhitungan biaya-biaya sebenarnya dari semua produksi agregatif nasional maupun internasional. Untuk negara Indonesia, permintaan menteri KLH baru-baru ini untuk mengurangi biaya pencemaran lingkungan dari pendapatan nasional kotor (GNP) adalah cerminan pemikiran tersebut. Akan halnya masalah ruang (spatial effects), banyak dampak yang kelihatannya lokal ternyata adalah global melalui interaksi pada milik dunia bersama seperti pencemaran udara oleh gas-gas buangan ternyata merusak omn, berarti menyangkut seluruh muka bumi. Sebagai contoh, ambil polusi yang ditimbulkan oleh gas buangan mobil, pada instansi pertama hanya mempunyai dampak lokal, tetapi akhirnya juga merusak ozon. Dari segi ini, perdagangan internasionar memerlukan tata hubungan ekonomi baru di dunia, yang memasukkan faktor lingkungan bagi pencapaian world sustainability. Dengan demikian, harga barang-barang yang diperjualbelikan baik di pasar dalam negeri ataupun internasional harus mempertimbangkan biaya lingkungan, lokal dan global. Akibatnya sudah pasti akan menaikkan harga, dan selanjutnya mengurangi konsumsi global, tetapi pengurangan itu akan menyelamatkan bumi dari kehancuran masa datang akibat dampak negatif dari konsumsi masyarakat saat ini. Ini berarti perlu pertimbangan keadilan intertemporel, interregionaI dan internasional. Di dalam semua masalah eksternalitas, baik yang positif maupun negatif, terjadilah redistribusi penghasilan terserhbunyi, ada yang meringankan situasi atau malah lebih sering membcratkan. Pencemaran udara dan lingkungan lebih sering memperburuk situasi distribusi penghasilan, misalnya bila pemilik perusahaan penghasil polutan dan perusahaan obat-obatan, produk sabun-sabunan atau produksi bahan pembersih lain berada di bawah pemilikan satu kelompok masyarakat. Masalah sumber daya alam biasanya dianggap sebagai satu objek studi yang berdiri sendiri. Tetapi banyak kasus lingkungan yang secara serentak menjadi masalah sumber daya alarn, misalnya penggunaan bahan bakar minyak bumi menyangkut dampak pencemaran sebagai penghasil CO2 dan CO dan juga pengurasan sumber daya alam. Dampak eksternal negatif yang sekaligus menjadi masalah resources misalnya ialah perusakan hutan, mengganggu keseimbangan lingkungan udara serta air dan sekaligus merusak sumber alam yang dapat diperbaharui berupa stok kayu (renewable resources). Ini kembali menuntut perlunya campur tangan pemerintah, baik karena dampak eksternalnya pada masyarakat sekarang maupun pada masyarakat mendatang. Tekpi campur tangan yang akan menegakkan ekonomi pasar yang benar, bukan eliminasinya. Pengajaran ekonomi yang didominasi oleh masalah barang privat berhadapan dengan dunia nyata yang mempunyai porsi ekonomi negara yang cukup besar. Situasi ini, lebih-lebih untuk Indonesia yang menggunakan ekonomi emPuran, tentu perlu mendapat perhatian yang lebih serius, terutama dalam bidang pengajaran yang akan merupakan bagiah terdepan dalam pengembangan konsep-konsep kebijaksanaan ekonomi. Ekonomi perencanaan hingga saat ini belum memperhatikan masalah sumber daya dan masalah lingkungan. Dalam konteks global, atau tingkat dunia secara global, perlu diketahui tingkat konsumsi yang dampak negatifnya masih dapat ditampung oleh alam, sesuai dengan tingkat teknologi lingkungan dari sistem produlsi yang ada serta environmental self recovery capaciry. Hal ini seyogyanya dipertimbangkan dalam tiap negara. Pada hakekatnya, barang ekonomi kebutuhan manusia ada dua kelompok, yaitu kelompok barang kebutuhan individual dan barang kebutuhan kolektif alau disebut juga sebagai barang publik. Barang kebutuhan individual adalah yang penggunaannya bersifat privatif, dan secara ekonomi penggunaan demikian dapat menjadi yang paling efisien. Bila pengadaan dan distribusi barang demikian diserahkan pada ekonomi pasar, maka dia adalah barang yang biasa disebut sebagai barang privat. Barang kolektif ialah yang pcnggunaannya bersifat bersama, dan secara ekonomi adalah yang paling efisien. Barang-barang kolektif yang diadakan melalui anggaran pemerintah disebut sebagai barang publik atau barang kebutuhan umum. Sering terjadi bahwa barang publikpun discrahkan pada mekanisme pasar, walaupun belum tentu menjamin efisiensi ekonominya. Pada kenyataannya, hakiki barang-barang yang banyak digunakan olch manusia tidaklah secara murni berada dalam salah satu kclompok di atas. lebih banyak justru barang-barang itu berada di antaranya, yang mempunyai sifat-sifat barang individual dan barang kolektif. Oleh karena itu disebut sebagai barang anmpuran. Secara operasional, penggunaan kedua kelompok barang itu dapat bersifat komplementer dan substitusionil. Biasanya secara komplementer berarti bahwa barang privat tidak dapat digunakan bila barang kolektif terkait tidak tersedia. Sarang kolektif demikian disebut juga sebagai prasarana. Tetapi seridg terjadi bahwa antara barang publik dan barang privat terjadi substitusi, yang berarti saling menggantikan. Banyak contoh yang menunjukkan bahwa makin tinggi tingkat penghasilan orang, makin banyak barang yang tadinya hanya mungkin disediakan secara kolektif, sekarang dapat disediakan secara privat. Kemajuan teknologi juga telah dapat melakukan transformasi dari kejadian ekonomi seperti itu. Sayangnya, analisa ekonomi yang secara umum hanya melihat hasil global, tidak lagi melihat perlunya mengadakan pemisahan sub-sub sistem ekonomi privat dan publik. Padahal sering orang berbicara tentang adanya gejala crowding out alau crowding in, yang maksudnya adanya gejala penarikan dana dari sektor privat pada sektor publik ataupun adanya gejala penumpukan dana dalam sektor privat, yang menyebabkan situasi underinvestment dalam sektor privat aau publik. Sifat komplementer antara sektor privat dan publik mempunyai konsekuensi, bahwa kebutuhan barang publik dapat dilihat sebagai derived demand dari kebutuhan atau kegiatan produksi barang-barang privat. Sifat substitusi menyatakan bahwa di mana penggunaan kolektif dapat digalakkan, efisiensi ekonomi umumnya dapat pula ditingkatkan. Dalam konteks pemikiran di atas, maka seorang ekonom publik mempunyai tugas untuk menganalisa, barang-barang kolektif manakah yang diperlukan, baik sebagai derived demand ataupun substittrsi bagi barang atau kegiatan privat lain. Keadaan optimal ekonomi dari sudut pandang sektor privat dan sektor publik adalah di mana biaya dan produk marjinal investasi dalam kedua subsektor itu telah sama. Secara ringkas, isi buku ini terdiri dari dua bagian besar, yaitu bagian pertama tentang dasar-dasar umum, dan bagian kedua tentang aplikasi. Bagian pertama terdiri dari tiga bab, sedang bagian kedua terdiri dari dua bab. Adapun bab-bab dalam bagian pertama ialah bab I tentang teori dasar dan pengertian umum, bab II tentang efek eksternal, bab III tentang optimum ekonomi dan barang kebutuhan umum (barang publik). Bagian kedua terdiri dari bab IV, dimensi barang kebutuhan umum dan desentralisasi, bab V tentang optimasi fiskal (dari sisi sumber-sumber penerimaan). Bab Penutup merupakan rangkuman umum dari isi buku. by iwn. a330.01 4aEkonomi 4aKeuangan Negara a016776 a016777 a016778 a045067