05583 2200217 4500001002100000005001500021035002000036008004100056245010000097100001800197260004400215300002300259020001700282084001700299520497300316082001105289650001205300650003105312990001105343990001105354INLIS00000000000202520211213115804 a0010-0621001625211213 0 ind 1 aKesenjangan Buruh Majikan :bPengusaha, Koeli, Dan Penguasa: Industri Timah Belitung, 1852-19401 aErman, Erwiza aJakarta :bPustaka Sinar Harapan,c1995 a192 hlm. ;c21 cm. a979-416-27-4 a331.09 ERM k aKESENJANGAN BURUH MAJIKAN Kajian ini berusaha menelaah sejarah perburuhan dengan mengambil kasus kehidupan kuli Cina di tambang timah Belitung, 1852- 1940. Dari keseluruhan telaahan yang dipilah-pilah dalam empat bab di muka telah dicoba diungkapkan secara panjang lebar mengenai tahap-tahap, proses dan kekuatan-kekuatan yang terlibat di dalamnya sehubungan dengan kehadiran kuli Cina dan perkembangan industri timah yang dikelola oleh perusahaan swasta Billiton. Tidak perlu diragukan lagi, bahwa para kuli Cina memegang peranan penting dalam proses produksi, baik sebelum maupun sesudah mekanisasi penambangan yang dilaksanakan pada awal abad ke-20. Dalam bab terakhir ini, akan dicoba dirangkum kembali apa yang telah diuraikan di dalam bab-bab sebelumnya. Kuli Cina merupakan tenaga kerja yang sangat diandalkan di dalam produksi timah, bukan hanya karena alasan rajin dan ulet bekerja, akan tetapi mereka juga memiliki keahlian dan pengalaman dalam soal teknis penambangan. Oleh karena itu, ada kaitan yang erat antara timah sebagai komoditi ekspor dengan kehadiran tenaga kerja Cina. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan produksi timah di Belitung, yang pernah melampaui tingkat produksi timah di Bangka, khususnya sebelum abad ke-20. Dalam perkembangan industri tambang timah di Belitung, sekurang- kurangnya ada empat hal pokok yang perlu diperhatikan: pertama, organisasi kerja yang berdasarkan tradisi Cina kedua, ketersediaan tenaga kerja Cina yang cukup, karena perekrutannya yang lancar dan bersifat kekeluargaan ketiga, sistem upah kuota dan keempat, pengawasan kerja yang lepas dari campur tangan pemerintah. Organisasi kerja kongsi yangkemudian dimodifikasi oleh perusahaan ke organisasi kerja numpang memiliki banyak keuntungan, antara lain: pertama, kuli Cina tidak merasa asing di tempat kerja mereka yang baru, karena peraturan-peraturan dan disiplin kerja serta cara hidup mereka tetap berdasarkan tradisi Cina. kedua, adanya unsur kebebasan bagi kuli untuk mencari pasangan dan tempat kerja mereka ketiga, sistern pergantian/shift kerja berkelompok di dalam numpang dapat menghilangkan rasa jenuh dalam bekerja. Sistem upah kuota yang dilaksanakan sejak tahun 1886 berdampak positif. Dengan sistem upah ini, kuli dibayar berdasarkan hasil kerjanya, dan karena itu mendorong mereka untuk meningkatkan produktivitas. Selain itu, kuli juga memperoleh saham dalam perusahaan, dan ini berarti bahwa mobilitas status dari kuli dapat terjadi. Kuli merasa tidak dieksploitasi perusahaan, akan tetapi dianggap sebagai "mitra.kerja sama " d.alam usaha penambangan. Ketersediaan tenaga kerja yang cukup erat berkaitan dengan organisasi kerja numpang dan sistem upah kuota. Unsur kebebasan yang terdapat di dalam organisasi kerja numpang dan jaminan upah, premi dan saham yang diperoleh kuli di industri timah Belitung merupakan daya tarik bagi mereka untuk ke Belitung. Oleh karena sistem perekrutannya tidak melalui jalur resmi (informal) dan dilakukan oleh laukek dan soeihak dengan jalur hubungan kekerabatan (clan immigratie), maka jalur perekrutan seperti ini terbebas dari berbagai penipuan yang ditemukan dalam perdagangan kuli pada umumnya sebagaimana dialami oleh kuli Cina yang pergi ke Deli dan Bangka. Selain itu, perekrutan ini menciptakan homogenitas suku yang pada umumnya berasal dari suku bangsa Hakka dari distrik Kayin. Homogenitas suku ini memunculkan hubungan kekeluargaan di dalam organisasi kerja dan memperendah konflik. Hal ini sekaligus juga merupakan ciri khas kuli Belitung yang membedakannya dari kuli Cina di Deli dan Bangka. Yang terakhir adalah masalah pengawasan kerja. Pengawasan kerja di dalam organisasi kerja numpang di Belitung dilaksanakan oleh orang.Cina sendiri, yakni kepala dan sekretaris tambang. Campur tangan pihak perusahaan dan aparat keamanan pemerintah hanya di luar tambang. Hal ini berdampak positif, karena rendahnya persentase pelanggaran Peraturan pemerintah yang termuat dalam KoeLie Ordonantie. Faktor-faktor tersebut di atas & ut menciptakan suatu kondisi kehidupan kuli Cina di Belitunf yang relatif jauh lebih baik dari teman-temannya di Deli dan Bangka. Kondisi kehidupan kuli yang lebih baik itu tercermin dari beberapa indikator, seperti adanya uang tabungan, persentase yang rendah dalam penggunaan candu, judi, sakit dan meninggal serta pelanggaran hukum. Kondisi kehidupan kuli Cina Belitung digambarkan sebagai suatu kehidupan yang relatif aman, tenteram dan hampir tak ada keributan. Kondisi kehidupan yang baik itu tak terlepas dari kebijaksanaan pemerintah dan pihak perusahaan baik dalam mempertahankan organisasi kerja Cina, sistem upah kuota dan pelayana.n kesehatan, pembatasan pengggnaan candu dan permainan judi serta pembatasan kekuasaan militer (aparat keamanan) pemerintah di luar tambang. Walaupun demikian, bukan tidak mungkin pula dalam suatu kehidupan yang relatif lebih baik itu masih muncul ketidakpuasan kuli dalam menerima kenyataan hidup mereka sehari-hari. By - Epy a331.09 4aEkonomi 4aHubungan Buruh Dan Majikan a016721 a016722