06038 2200241 4500001002100000005001500021035002000036008004100056245002400097100002100121260003400142300002300176020001800199084001400217520548700231082000805718650001505726990001105741990001105752990001105763990001105774990001105785INLIS00000000000167320220325031238 a0010-0621001273220325 g 0 ind 1 aStrategi Kebudayaan1 aPeursen, C.A Van aYogyakarta :bKanisius,c2007 a238 hlm. ;c20 cm. a979-413-247-0 a306 PEU s aSTRATEGI KEBUDAYAANUsaha pembangunan dan modernisasi kita telah menghadapkan kita secara langsung dengan masalah kebudayaan Indonesia dan dengan proses kebudayaan kita memperbaharui diri dalam kita menjawab tantangan-tantangan kehidupan modern. Penghadapan itu telah menimbulkan suatu diskusi yang sangat penting di kalangan umum tentang perlunya kita mempertahankan kepribadian kita dalam menghadapi perubahan-perubahan sosial yang sangat luas dan mendalam sekarang ini, serta dalam menghadapi pengaruh kebudayaan dari luar negeri dalam berbagai bentuk, termasuk gaya hidup, pola konsumsi, tekhnologi dan ilmu pengetahuan serta impact komunikasi massa. Di samping itu disadari hahwa harena di dalam masyarakat yang pluralistis kita ini, baik dilihat dari sudut suku bangsa, golongan agama dand,aerah, di mana golongan-golongan yang ada tidak sama kemampuan dan kecepatannya untuk menyesuaikan diri dan memanfaatkan kesempatan-kesempatan baru atau untuk membela diri terhadap aspek-aspek negatifnya, masalah persatuan bangsa merupakan suatu masalah yang terus-menerus memerlukan perhatian dan usaha yang effektif. Maka segala aspek ini bertemu dalam usaha untuk merumuskan suatu strategi kebudayaan yang mampu membimbing proses modernisasi dan pembangunan sehingga menjaga dan memperkuat kepribadian nasional, kontinuitas kebudayaan, dan kemampuan kita untuk berdiri di atas kaki sendiri, sekaligus dengan memperkuat kesatuan nasional. Buku ahli filsafat Van Peursen yang disajikan ini dapat memperkuat kemampuan kita untuk menyinari permasaalahan itu, karena dia mengemukakan suatu kerangka teoritis yang sangat praktis. Berangkat pada teori informasi van Peursen melihat kebudayaan sebagai siasat manusia menghadapi hari depan. Dia melihat kebudayaan itu. sebagai suatu proses pelajaran, suatu learning process , yang terus-menerus sifatnya. Di dalam prosesini bukan saja kreativitas dan inaentiuitas merupakan faktor penting, melainkan kedua faktor ini kait-mengait dengan perbagai-pertimbangan ethis. Tanpa penilaian ethis ini manusia tidak didapat mengambil tanggung jawab untuk keadaannya, untuk tekhnologi yang aiponai dan diperkembangannya, maupun untuk struktur-itiuktur sosial dan bentuk-bentuk organisasinya. Bahkan baginya penilaian-penilaian ethis ini membuka mata manusia kemungkinan-kemungkinan baru yang melampaui keadaan yang ada, dan inilah dilihatnya sebagai jalan manusia ke arah pertanggungan jawab penuh sebagai manusia yang bebas dan dewasa. van Peursen menyajikan suatu model hebudayaan yang bertahap tiga: Tahap mitologis, ontologis dan fungsionil, berlainan dengan teori-teori sebelumnya, dia mengemukakan di berbagai suatu urutan anak tangga, di mana anak tangga yang berikutnya lebih tinggi daripada anak tangga yang selanjutnya melainkan ditegaskannya bahwa ketiga nya itu, juga di minta progresi itu ada, masing-masing mengandung untuk-itu, tahap-tahap lainnya, biarpun di dalam bimbingan dan bentuk penjelasan yang berbeda-beda. Demikianlah misalnya dengan unsur kesenian maupun dengan unsur agama, cara pendekatannya ialah strukturil dan bukan fenomenologis atau berdasarkan teori pengetahuan. Pandangannya terhadap kebudayaan secara fungsionil ini serta penglihatannya ke pada kreativitas, inaentivit or ratio kepada hari depan sebagai kategori-kategori ethis, sangat membantu dalam menghadapi masalah-masalah kebudayaan kita di dalam masa pancaroba serta pembangunan ini. sudut penglihatan inidapat membantu kita untuk menghadapi masalah-masalah modernisasi dan pembangunan sesuai dengan naluri dan kepribadian bangsa Indonesia. Dengan sudut penglihatan ini maka dapat dijamin bahwa dalam proses pembangunan itu manusia Indonesia tidak semata-mata menjadi obyek yang dimanipulasi, melainkan tetap merupakan panghalang dan tujuan daripada usaha pembangunan itu yang memungkinkan kita untuk tidak menjadi bagian daripada tekhnologi dan lembaga-rembaga yang kita pakai, melainkan kita dapat menjinakkannya untuk menjalani tujuan-tujuan ethis daripada pembangunan dan perjuangan bangsa, sesuai dengan ketentuan-ketentuan pancasila dapat dikaitkan usaha pembangunan dengan moralitas pokok bangsa pendekatan fungsionil ! terhadap kebudayaan ini juga bes ar dalam kita usaha kan menyelenggarakan pembangunan kita tanpa diskontinuitas kebudayaan, serta dalam diskusi kita dan nilai-nilai langsa kepada generasi muda. Lagipula biarpun van Peursen di dalam buku ini tidak membahas masalah-masalah khas yang dihadapi suatu masyarakat yang berisikan pluralisme kebudayaan, dia membuka perspektif yang sangat berguna, karena fungsionil sifatnya, yang dapat membantu kebudayaan-kebudayaan daerah untuk menempatkan diri secara lebah sadar dan jelas di dalam arus perkembangan dan proses kristalisasi kebudayaan bangsa Indonesia modern. Cara peneropongan ini juga memudahkan untuk mengoperasionilkan penghadapan kita dengan manifestasi-manifestasi kebudayaan modern yang datang dari luar sehingga proses akkulturasi itu berjalan lebih sesuai dengan tujuan-tujuan perjuangan bangsa kita. Sudah barang tentu, buku ini tidak secara langsung menjawab persoalan ini. Bahkan dia juga tidak mempertanyakannya. Namun, pentingnya buku ini ialah bahwa dia dapat membekali kita dalam kita sendiri mempertanyakan dan coba menjawab masalah-masalah nasional kita di bidang kebudayaan. Oleh karena itu penerbitan buku ini dalam bahasa Indonesia merupakan suatu kejadian yang penting, yang patut disambut dengan gembira, justru di dalam tahap pembangunan kita sekarang ini.(libra) a306 4aKebudayaan a037198 a037194 a037195 a037196 a037197