04092 2200265 4500001002100000005001500021035002000036008004100056245005800097100002700155250000700182260004100189300002300230020001800253084001600271520343500287082001003722650002103732600001803753990001103771990001103782990001103793990001103804990001103815INLIS00000000001352820211122112328 a0010-0821000607211122 0 1 aIlmu Pengetahuan Populer 7 :bKehidupan Hewan Mamalia1 aGunawan, Asim [et. Al] aII aJakarta :bIkrar Mandiriabadi,c2004 a252 hlm. ;c25 cm. a979-8087-54-2 aR.500 GUN i aILMU PENGETAHUAN POPULER, JILID 7 KEHIDUPAN HEWAN MAMALIA Tentu saja tergantung pada kecenderungan seseorang untuk memahaminya, tetapi kalau saya dibolehkan menyatakan pendapat sendiri, saya tanpa ragu-ragu akan mengatakan bahwa ada empat hal pokok yang disampaikan oleh Pembukaan UUD kita. Pertama, pernyataan keyakinan akan keharusan historis dan rahmatAllah, kedua, visi kesejarahan, ketiga, tujuan mendirikan negara, dan akhimya landasan filosofis kenegaraan. Pembukaan UUD mengatakan bahwa salah saw tujuan mendirikan negara yang merdeka itu ialah `mencerdaskan kehidupan bangsa`. Sayang sekali tujuan ini sering terabaikan, sehingga sampai kini sekian banyak pertanyaan yang fundamental masih bisa terus diajukan terhadap kehidupan kita bernegara. Apakah kealpaan akan lingkungan hidup sesuatu yang cerdas ? Apakah perdebatan politik yang disalin ke dalam perilaku kekerasan membayang `kehidupan kebangsaan yang cerdas`? Apakah kekuranghirauan terhadap perkembangan teknologi bisa dikatakan cerdas ? Mungkin ketika para `bapak bangsa` kita merumuskan pandangan yang jauh ke depan ini mereka berada dalam suasana pemikiran yang diselimuti oleh idealisme yang romantik. Bukankah pada waktu itu-ketika kemerdekaan diproklamasikan-bangsa kita masih jauh terkebelakang dalam pengetahuan modern ? Sekarang, sekian puluh tahun kemudian, keharusan akan pengembangan `kehidupan bangsa yang cerdas` bukan lagi sebuah idealisme, tetapi suatu keharusan yang tidak terelakkan. Kemewahan untuk berada dalam suasana mitos tentang tanah air kita yang `subur`, dengan `sumber alam yang kaya`, `nyiur melambai`, dan sebagainya, telah tidak lagi bisa dipertahankan. Realitas yang keras menyatakan betapa cepatnya kerusakan dan pengurasan kekayaan alam yang telah terjadi. Realitas yang keras juga memperlihatkan betapa ketertinggalan dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi akan dengan mudah saja menjadikan kita sebagai pion dalam proses globalisasi yang sedang bergulir. Karena itulah, sesuai dengan visi kesejarahan Pembukaan UUD, yang dimaksud dengan `kehidupan bangsa yang cerdas` bukan saja kemampuan untuk mewujudkan tatanan sosial-politik yang diidamidamkan, tetapi juga pembentukan `a knowledge based society`, sebuah masyarakat yang dibimbing oleh pengetahuan. Di samping sekolah dan lembaga pendidikan formal lainnya, maka penyebaran pengetahuan populer liwat berbagai macam saluran, elektronik ataupun cetak, merupakan keharusan yang tak bisa terhindarkan dalam usaha ini. Karena itulah dengan sangat gembira saya menyambut penerbitan buku ILMU PENGETAHUAN POPULER ini. Meskipun sejauh mungkin berusaha memaparkan berbagai aspek ilmu pengetahuan tentang alam dan perkembangan teknologi, seri penerbitan ini juga membawa kita pada perkembangan dan hasil ilmu pengetahuan dan teknologi yang mutakhir. Maka begitulah dengan penerbitan ini masyarakat awam kita, tua dan muda, bukan saja diajak untuk memasuki dunia ilmu yang semakin menaik dan mendalam ini, tetapi juga sekali gus dijaga untuk tidak `ketinggalan kereta`. Nasib yang tidak terelakkan dalam dunia modern ialah keterlambatan dalam memahami dan ikutserta dalam dinamika ilmu pengetahuan dan teknologi praktis berarti kemunduran. Kalau telah begini,maka betapa sia-sianya berbagai usaha yang selama ini dicita-citakan dan diperjuangkan. Semoga seripenerbitan ini berhasil menjadi penghambat dari kemungkinan negara dan bangsa kita terkena kutukankemuduran ini.(libra) aR.500 4aIlmu Pengetahuan 4aHewan Mamalia a012847 a016111 a053436 a012848 a012849