01919 2200241 4500001002100000005001500021035002000036008004100056245004000097100002200137260003100159300002300190020001800213084001700231520133300248082001101581650003001592990001101622990001101633990001101644990001101655990001101666INLIS00000000001126020211111091314 a0010-0721006519211111 0 1 aPraktik Culas Bisnis Gaya Orde Baru1 aRadjab, Suryadi A aJakarta :bGrasindo,c1999 a120 hlm. ;c20 cm. a979-669-572-3 a338.09 RAD p aPraktik Culas Bisnis Gaya Orde Baru Sesudah Pak Harto lengser keprabon pada 21 Mei 1998, orang baru berani secara terbuka memprotes perbuatannya di masa lalu. Protes paling keras adalah perbuatannya menjadikan bumi lndonesia, dengan segenap kekayaan alam yang dikandungnya, sebagai pokok-pokok kemakmuran keluarga dan konco-konconya. Dengan kata lain, rezim Orde Baru penuh dengan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Meski protes datang bertubi-tubi, terasa sukar membongkar, apalagi rnengadili, pelaku KKN. Kroni yang di masa Orba berkuasa, dan terlibat KKN, ternyata masih kuat mencengkeram. Banyak orang berupaya menggunting akar KKN. Hasilnya? Tak bisa disebut memuaskan. Di sana-sini praktik KKN masih sering kita lihat. Berbagai urusan di birokrasi pemerintahan maupun swasta, masih saja sama seperti dulu. Reformasi ternyata masih sebatas euforia, belum menyentuh masalah yang substansial. Mengapa begitu? lbarat sumber penyakit, biang KKN belum dibuang jauh dari bumi lndonesia. ltu sebabnya, penyakit bangsa ini belum sembuh-Sembuh juga. Dan sumber KKN itu adalah patronase (business patronage) yang dibangun sistemnya dan dipelihara Orde Baru. Gerakan anti-KKN, atau siapa pun yang peduli pada harta dan kekayaan negara, seharusnya memahami patronase bisnis yang secara culas dipraktikkan oleh kroni Orde Baru. by:of a338.09 4aPolitik Ekonomi Indonesia a011291 a011292 a011293 a011294 a011295