01683 2200217 4500001002100000005001500021035002000036008004100056245004900097100001600146260004400162300002300206020002200229084001400251520114400265082000801409650002001417863000601437990001101443990001101454INLIS00000000001075120220523110518 a0010-0721006010220523 g 0 ind 1 aSugih Tanpa Banda Mangan Ora Mangan Kumpul 21 aKayam, Umar aJakarta :bPustaka Utama Grafiti,c2012 a428 hlm. ;c21 cm. a978-979-444-308-8 a813 KAY s aIngat Mangan Ora ManganKumpul, Sketsa-sketsa UmarKayam? Dalam Buku Kedua iniUmar Kayam masih lincah meloncat dari satu tema ke tema lain tanpameninggalkan gaya penulisannya yang kenyal dan segar menggelitik. Konsisten dengan warna lokal Jawa yangpekat, ia tidak sampai tergelincir pada kepicikan sikap primordial. Kumpulan tulisan Kayam yang sarat kritik sosial ini secara keseluruhan tampak sebagai ironi. "Ia menampilkan masalah, menyindirnya, dan sekaligus menyindir semua pihak yang membicarakannya.... Namun ia tidak menjadi liar, tidak asal lain, tidak seperti apa yang dituduhkannyaterhadap pascamodernisme, " tulis Sapardi Djoko Damono. Umar Kayam dilahirkan di Ngawi,Jawa Timur, pada 30 April 1932.Meraih gelar Ph.D. dari Universitas Cornell, AS (1965), mantan dirjen RTF yang pernah menjabat ketua Dewan Kesenian Jakarta dan rektor IKJ ini, sekarang guru besar padaFS-UGM, dan direktur Pusat Penelitian Kebudayaan UGM. Ia, yang pernah menulis beberapa skenario film, seorang sastrawan yang penting dalam peta sastra Indonesia modern. Novelnya yang jadi buah bibir, Para Priyayi (1992), juga diterbitkan olehPustaka Utama Grafiti. a813 4aFiksi Indonesia a4 a054772 a054773