na INLIS000000000010505 20220222031224 220222 g 0 ind 978-979-1102-61-2 0010-0721005764 297.03 297.03 HID s Hidayat, Nur Serasa Berihram Terus Jakarta : Republika, 2009 259 hlm. ; 20 cm. Ihram adalah pakaian lengkap paling sederhana yang pernah disandang oleh jutaan manusia secara bersamaan, di tempat yang eksklusif, pada saat khusus, dengan ritual special. Ihram memang cara dengan perlambang. Dua helai pakaian tanpa jahitan, agaknya melambangkan kebersahajaan. Tanpa ada upaya untuk membentuknya menjadi pakaian yang aneh-aneh, yang menampilkan kerumitan atau mode terakhir yang akan jadi trend setter. Ihram perlambang kekayaan kebendaan yang akan kita bawa ke liang lahat yang sempit, sebagaimana halnya kain kafan. Hanya itulah satu-satunya yang membungkus jasad kita. Seperti itulah kiranya seluruh umat manusia, dari zaman Nabi Adam hingga generasi pamungkas, dikumpulkan serentak nanti di padang Mahsyar. Ihram, adalah simbol kesamaan tanpa perbedaan. Yang direktur, jenderal, pengusaha super kaya, profesor jenius, seniman nyentrik, jagoan matematika, pakar komputer, atau atlet jempolan sama dengan jamaah lainnya. lni menjadi latihan untuk tidak merasa paling pintar, paling alim, paling ayu, paling kaya, dan lain-lain, yang membuat seseorang merasa lebih. Dapatkah kita tetap menjadi manusia berihram, yang mampu tidak ada larangan, di mana pun? Dapatkah kita terus konsisten bersemangat tinggi? setan, mengalahkan segala macam godaan, keluar sebagai pemenangan bagaimana halnya melempar jumrah? Nur Hidayat menulis "Serasa Berihram Terus" dan beberapa tulisan lainnya Menunda Itu enak, Rapat Tanpa Shalat, Wahyu dari Setan, dll. Dalam "Renungan Sufistik Masalah Sehari-hari yang dikumpulkan dalam buku ini. Insya Allah, kita dapat mengambil hikmahnya. Islam Ibadah 1 054299 054299 054300 054304 13676